Bait kedua menggambarkan betapa rakyat Indonesia tidak mengerti maknanya serakah.
Mereka rela bekerja keras dan keringat bercucuran demi memperjuangkan kehidupan yang lebih baik.
Mereka tidak akan pernah menyerah pada nasib mereka.
Baca Juga: Puisi Gus Nas : Tulang Belulang Guru
Puisi ini ditutup dengan pernyataan bahwa Tuhan tidak pernah cuci tangan.
Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan selalu hadir dan memperhatikan umatnya.
Dia akan selalu membela kebenaran dan keadilan, termasuk membela rakyat Indonesia dari praktik korupsi dan politisasi agama.
Berikut adalah interpretasi sastra terhadap puisi ini:
Kotoran pesta politik manusia
Kotoran dalam puisi ini dapat diartikan sebagai praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang marak terjadi di Indonesia.