Tupai digambarkan sebagai hewan yang tangkas dan cerdik, tetapi juga sering terpelanting karena hanya mengandalkan akalnya tanpa pertimbangan budi.
Dalam bait pertama, penyair berandai-andai menjadi tupai yang melompat-lompat dari dahan ke dahan.
Hal ini menggambarkan semangat dan kecerdasan yang dimiliki oleh manusia.
Namun, dalam bait kedua, penyair mengingatkan bahwa kecerdasan yang tidak disertai dengan budi pekerti yang baik tidaklah berarti apa-apa.
Dalam bait ketiga, penyair menggambarkan tupai yang melompat-lompat di ranting logika.
Baca Juga: Ketua KPK Nawawi Bantah Tuduhan Firli Bahuri Soal Ancaman dari Kapolda Metro Jaya
Hal ini menggambarkan usaha manusia untuk mencari kebenaran dan kebijaksanaan.
Namun, dalam bait keempat, penyair mengingatkan bahwa usaha tersebut seringkali sia-sia jika hanya mengandalkan logika tanpa pertimbangan budi.
Dalam bait kelima, penyair menegaskan bahwa puncak filsafat dan ilmu adalah mawas diri.
Hal ini berarti bahwa manusia harus mampu mengendalikan akalnya dengan budi pekerti yang baik.