Serial Pak Bei : Ayam Fungsional TelurMOE

20 Desember 2023, 07:31 WIB
Program Ayam Fungsional Telurmoe ini berawal dari inovasi nutrisi ayam /Foto : istimewa

DESK DIY - Sebenarnya niat Pak Bei dan Bu Bei cuma mau transit sebentar di rest area Masaran, Sragen untuk sholat ashar dan ngopi. Perjalanan via tol menuju Mantingan, Ngawi tinggal sekitar 20 menit lagi.  Si bungsu Alya yang saat ini kelas 5 di Pondok Gontor Putri 1 pasti sudah menunggu.

Segelas kopi dan teh manis baru saja disajikan pelayan cafetaria ketika sepasang suami istri menyapa Pak Bei dengan sikap dan tutur bahasanya yang sopan. Pak Bei menjawab salamnya dengan sopan juga, sambil berusaha mengingat-ingat siapa orang itu.

"Saya Ikhwan dari Lumajang, Pak Bei. Dan ini istri saya Latifah, aktif di 'Aisyiyah Lumajang. Kami mau pulang dari nengok anak yang kuliah di UMS.

"Oh iya, Pak Ikhwan. Saya ingat, tahun lalu kita ketemu di Muktamar 48 Solo, kan? Kenalkan juga ini istri saya, Erwina, biasa dipanggil Bu Bei."

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Astana Girilayu, Ziarah ke Padepokan Wedhatama

Bu Bei segera beranjak memesankan minuman untuk teman barunya. Tak lama dua gelas minuman yang dipesan pun datang. Dua pasang suami-istri paroh baya itu pun tampak akrab dan asyik ngobrol sambil sesekali nyeruput minumannya.

"Mumpung ketemu, Pak Bei, kami ingin tanya beberapa hal," kata Pak Ikhwan.

"Monggo, Pak Ikhwan. Kita ngobrol santai saja," jawab Pak Bei.

"Kami ingin tanya seputar program Jatam, Pak Bei, Jamaah Tani Muhammadiyah. Pak Bei kan Pengurus di Pusat."

"Benar, Pak Ikhwan?"

"Begini, Pak Bei. Istri saya ini dan teman-temannya di Aisyiyah Lumajang ingin sekali berkontribusi membantu Pemerintah dalam percepatan penanggulangan kemiskinan dan stunting."

"Wah bagus itu, Pak Ikhwan. Apa yang bisa kami bantu, Bu Latifah?"

"Begini, Pak Bei. Menurut data Pemerintah, ada banyak sekali kasus kemiskinan ekstrem dan stunting di daerah kami. Tapi anehnya, solusi yang diprogramkan menurut kami kurang mengena. Padahal anggarannya sangat besar."

"Programnya apa yang kurang mengena, Bu?"

"Kemiskinan ekstrem dan stunting masa diatasi dengan Jambanisasi, RTLH, dan Sambungan Listrik PLN? Itu kan gak mengena. Aneh, Pak Bei."

"Lha terus kira-kira program apa yang lebih mengena menurut Pak Bu Latifah?"

Baca Juga: Dianggap Tidak Jelas, Hakim Tolak Gugatan Praperadilan Eks Ketua KPK Firli

"Pak Bei, kami pernah dengar dari teman-teman MPM Jawa Timur bahwa Jatam Pusat punya program Ayam Fungsional TelurMOE skala rumah tangga," Pak Ikhwan menyahut.

"Iya, Pak Bei. Katanya itu efektif untuk penanggulangan kemiskinan ekstrem dan stunting. Bagaimana jelasnya, Pak Bei?," sambung Bu Latifah.

"Ooh itu. Memang waktu Rakernas MPM di UM Purwokerto akhir Juli lalu sempat kami sampaikan, namun baru sepintas kilas, belum detil."

"Ya itulah, makanya ini mumpung ketemu tolong dijelaskan, Pak Bei," desak Bu Latifah.

"Baiklah, Bu. Tapi garis besarnya saja, ya."

"Iya gak papa."

"Program Ayam Fungsional TelurMOE ini berawal dari inovasi nutrisi ayam dengan serangkaian ujicoba yang cukup panjang dilakukan oleh Dewan Pakar MPM PP Muhammadiyah yang juga Guru Besar Fakultas Peternakan UGM, Prof. Ali Agus. Ayam petelor ini dipelihara secara umbaran, bukan di kandang model batrei, dan makanannya ditambahi nutrisi inovasi beliau."

"Apa kelebihannya?"

"Berdasarkan hasil uji lab, TelorMOE memiliki kandungan nutrisi yang sangat bagus untuk kesehatan, a.l.:
1. Protein Albumen 30% lebih tinggi dari telur ayam ras yang biasa kita konsumsi;
2. Mineral Fe, Se, dan Zinc juga lebih tinggi;
3. Kolesterolnya 35% lebih rendah;
4. Kandungan Omega-3, Omega-6, dan Omega-9 juga tinggi."

"Wah hebat itu. Sudah pernah diujicoba belum, Pak Bei?"

"Sudah diujicoba pada anak-anak balita penderita stunting. Dengan makan satu butir telor per hari, dalam tempo 42 hari terjadi kenaikan hemoglobin 31%, padahal bila konsumsi telur biasa hanya naik 4%.  Juga terjadi penambahan berat dan tinggi badan 6%, padahal dengan telur biasa hanya naik 3%."

Baca Juga: Kasus Match Fixing dan Rumah Judi Terbongkar: PSS Sleman Terancam Degradasi, Persikabo 1973 Pengurangan Poin

"Nah ini lho, Pak. Ini baru solusi," kata Bu Latifah pada Pak Ikhsan. "Bayangkan kalau setiap hari anak-anak kita makan makanan yang sehat dan terjaga nutrisinya seperti itu. Tentu masyarakat secara umum akan lebih sehat dan tidak mudah sakit-sakitan. Iya kan, Bu Bei?," Bu Latifah minta dukungan Bu Bei.

"Cara beternaknya bagaimana, Pak Bei?," tanya Pak Ikhwan.

"Ayam petelor dilepas di kandang yang dipagari keliling. Ayam-ayam itu diumbar saja. Jadi kita tidak perlu investasi kandang baterei seperti umumnya ternak ayam petelur yang kita kenal selama ini.

"Seperti apa kandangnya, Pak Bei?"

"Sangat sederhana, Pak Ikhsan. Per meter persegi bisa untuk 3-5 ekor ayam. Sepertiga kandang pakai atap. Di situ tempat ayam makan, minum, berteduh, dan bertelur. Yang dua pertiga terbuka tanpa atap agar ayam-ayam bisa berjemur, bermain tanah atau pasir, dan nongkrong di tempat yang disediakan."

"Kenapa dilepas, Pak Bei? Kenapa tidak di kandang batrei seperti umumya peternakan ayam?," tanya Bu Latifah.

"Bu Latifah, ayam kan juga makhluk hidup. Mereka butuh penyaluran naluri behavior. Butuh lompat-lompat, mengepakkan sayap, mandi pasir, dan sebagainya. Cara memeliharanya sangat memperhatikan kesejahteraan hewan, bahasa kerennya "animal welfare". Jadi hidupnya bahagia.

Baca Juga: KPK Panggil Dirjen AHU Kemenkumham Cahyo Rahardian

"Terus, Pak Bei. Yang dimaksud dengan ternak skala rumah tangga tadi bagaimana?," tanya Bu Latifah penasaran.

"Setiap keluarga yang tergolong miskin ekstrem cukup beternak 50 ekor. Ayam dipelihara mulai umur 17 minggu. Mulai umur 20 minggu, ayam sudah mulai bertelur, dan mulai umur 29 atau 30 minggu sudah produksi standar, 80% bertelur, alias 40 butir dihasilkan setiap hari, sama dengan 1.200 butir per bulan."

"Terus, Pak Bei. Saya catat lho ini," kata Bu Latifah sambil asyik mencatat di HaPe-nya.

"Dari 40 butir itu, yang 5 wajib dimakan keluarga peternak untuk perbaikan gizi. Selebihnya baru disetorkan ke Pendamping dari Jatam dengan harga antara Rp 2.300 - 2. 500/butir. Hasil produksi per bulan setelah di kurangi biaya pakan, peternak akan mendapatkan hasil antara 800ribu sampai 1 juta/bulan."

"Wah, jadi ada dua keuntungan sekaligus bagi peternak ya, Pak Bei. Pertama tercukupi gizi keluarga, dan kedua ada pemasukan sekitar 1 juta setiap bulan. Itu bagus sekali."

"Maaf, Pak Bei, program ini kan diharapkan dapat dilaksanakan oleh semua Pengurus Daerah Jatam. Terus telur-telur yang disetorkan ke Pendamping dari Jatam itu nanti mau dikemanakan?," tanya Pak Ikhwan.

"Pak Ikhwan, Muhammdiyah di hampir  setiap Daerah punya banyak sekolah sejak Paud, TK, SD hingga SMA/SMK. Beberapa Daerah juga punya Perguruan Tinggi dan Rumah Sakit. Insya Allah semuanya siap mendukung gerakan MPM sesuai arahan dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Semua Amal Usaha siap membeli hasil produksi anggota Jatam, baik produk pertanian maupun peternakan. TelurMOE ini sangat bagus untuk konsumsi anak-sekolah dan recovery pasien rawat inap di Rumah Sakit atau PKU."

Baca Juga: Kiai Lirboyo Sebut Gus dan Nyai Kompak Dukung PKB, KH Imam Jazuli Minta Santri dan Alumni Manut

"Lha terus bagaimana pengadaan pakannya, Pak Bei? Kan tidak mungkin setiap peternak bikin pakan sendiri-sendiri karena kualitasnya pasti akan berbeda, tidak sesuai standar."

"Itu benar, Pak Ikhwan. Pakan akan disediakan oleh PT LUKU, Badan Usaha Milik Muhammadiyah, yang sudah didirikan oleh MPM PP. PT LUKU akan bikin pabrik pakannya."

"Pakannya beda juga, Pak Bei?"

"Beda, Bu Latifah. Perbedannya: 1. pakan ini full nabati, tanpa tepung darah, bulu, atau tulang;
2. ⁠pakan ini bebas dari tepung ikan;
3. ⁠sumber hewani ini potensi jd alergen bagi manusia;
4. ⁠bebas antibiotik;
5. ⁠ada 12 komponen jamu seperti temulawak, jahe, kunyit, bawang putih, kelor, dll;
6. ⁠ekstrak herbal sama mineral organik masuk semua;

"Satu lagi, Pak Ikhsan, nanti bila Jatam Daerah tidak mampu menjual sendiri TelurMOE di Daerahnya, PT LUKU juga siap membelinya. Insya Allah semua akan berjalan dengan baik dan berkeadilan."

"Iya, Pak Bei. Bagus sekali kalau bisa dibangun kolaborasi antar Majelis, Lembaga, Ortom, dan AUM. Kami yakin, kita pasti bisa."

"Insya Allah, Pak Ikhsan."

Baca Juga: Kurnia Seafood, Kuliner Jogja yang Manjakan Turis Asing dan Kelas 'Middle Up'

"Baiklah, Pak Bei. Sudah cukup jelas. Akan segera kami kabarkan ke teman-teman. Insya Allah semua Jatam Daerah akan mendukung program ini. Semoga Pemerintah juga mau mendukung dan bersinergi untuk mensejahterakan rakyatnya," kata Pak Ikhwan mantap.

"Mari kita lanjutkan perjalanan, Pak. Masih jauh kita ini," Bu Latifah mengajak suaminya. "Kami pamit dulu ya, Pak Bei. Terima kasih atas waktu dan ilmunya."

"Sama-sama, Bu Latifah. Hati-hati di jalan, Pak Ikhwan.""

Kedua pasang suami istri itu menuju mobilnya untuk melanjutkan perjalanan ke tujuan masing-masing. Pak Bei dan Bu Bei ke Mantingan mudifah anaknya, Pak Ikhwan dan Bu Latifah pulang ke Lumajang. Semoga semua dilancarkan...aamiin. ***

Editor: Chaidir

Tags

Terkini

Terpopuler