Film Buya Hamka, Film Termahal yang Dibiayai Falcon Fictures. Tayang di Bioskop Mulai 20 April

9 April 2023, 10:27 WIB
Film Buya Hamka diperankan Vino G. Bastian sebagai Buya Hamka dan Laudya Cynthia Bella sebagai Siti Raham. /Foto : Dokumen Falcon Fictures

DESK DIY -- Buya Hamka adalah sosok ulama, budayawan, aktivis kritis yang menjadi panutan, inspiratif dan tokoh legendaris Indonesia.

Perjalanan hidupnya telah dikemas dalam sebuah film biografi dan mulai 20 April 2023 ditayang di bioskop-bioskop di Indonesia.

Film Buya Hamka disutradarai Fajar Busyomi dengan produser Falcon Pictures telah merilis trailer resmi film ini sejakKamis (25/3/2023).

Baca Juga: Puisi Mustofa W Hasyim tentang Rasa Syukur Diturunkannya Alquran ke Bumi

Film Buya Hamka adalah sebuah fim biografi yang mengangkat kisah nyata perjalanan seorang tokoh inpiratif Indonesia bernama lengkap Haji Abdul Malik Katim Amrullah.

Buya Hamka tak hanya sebagai ulama, tapi predikat lainnya adalah seorang jurnalis penulis, pengajar, sekaligus politisi. Beliau juga dikenal sebagai ketua pertama Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan tokoh Muhammadiah yang mendapatkan gelar Pahlawan Nasional.

Film Buya Hamka adalah film termahal Falcon Pictures. Dilansir dari pernyataan Frederica selaku produser film, Buya Hamka menjadi film biopik termahal yang pernah diproduksi Falcon Pictures, yaitu mencapai Rp70 miliar.

Baca Juga: Ketika Ting dan Obor Menyala di Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan

Sejumlah aktor dan aktris yang dilibatkan adalah sosok idola anak-anak muda dan aktor yang memiliki pengalaman panjang dalam dunia akting.

Beberapa aktor dan aktris utama yang berperan antara lain Vino G. Bastian sebagai Buya Hamka, Laudya Cynthia Bella sebagai Siti Raham, Mawar de Jongh sebagai Kulsum, Mellya Baskarani sebagai Aminah

Ada lagi Yoriko Angeline sebagai Ola, Novita Hardini sebagai Fatimah, Anjasmara sebagai Ir. Soekarno, Marthino Lio sebagai Amir, Reza Rahadian sebagai Hos Tjokroaminoto, Verdi Soelaiman sebagai Abdul Karim, Wafda Lubis sebagai Rozak, Roy Sungkono sebagai Rusydi (Dewasa), Ajil Ditto sebagai Fakhri (Dewasa), dan Yoga Pratama sebagai Zaki (Dewasa). Masih ada bintang film senior yang dilibatkan.

Baca Juga: Hadapi Arus Mudik, Menteri Perhubungan Periksa Kesiapan Sarana dan Prasarana Transportasi

Proses Produksi Selama 9 Tahun
Ide cerita ini muncul sejak 2014 saat produser Starvision, Chand Parwez bertemu dengan mantan ketua MUI Din Syamsuddin.

Sejak pertemuan tersebut, proses produksi film ini dimulai dimana naskahnya ditulis oleh Alim Sudio dan Cassandra Massardi. Namun prosesnya mengalami kendala sehingga seringkali mengalami perubahan.

HIngga akhirnya membutuhkan waktu tiga tahun untuk memperkuat alur cerita dan konsep sebelum memulai casting.

Baca Juga: Rekayasa Lalu Lintas Tol Mudik Lebaran 2023, Catat Jadwalnya


Sinopsis Film Buya Hamka

Film Buya Hamka terbagi dalam tiga volume yang berdurasi total selama tujuh jam. Film ini fokus menceritakan kehidupan sosok Buya Hamka dari kecil hingga dewasa.

Pada volume pertama, film ini mengisahkan periode ketika Hamka menjadi pengurus Muhammadiyah di Makassar dan berhasil memajukan organisasi tersebut.

Setelah keberhasilan tersebut, Buya Hamka diangkat menjadi pemimpin redaksi majalah pedoman Masyarakat sehingga membuat ia dan keluarganya harus pindah ke Medan.

Baca Juga: Irjen Kemenag: Jangan Ada Proyek SBSN 2023 yang Mangkrak

Namun pengangkatannya sebagai pemimpin tersebut membuat ia mulai berbenturan dengan kepentingan Jepang hingga membuat medianya harus ditutup karena dianggap berbahaya.

Kehidupan keluarganya juga terguncang ketika salah satu anak mereka meninggal dunia. Selain itu, usahanya mendekati Jepang membuatnya dianggap penjilat dan dimusuhi sehingga ia pun diminta diminta mengundurkan diri dari jabatanya sebagai pengurus Muhammadiyah.

Pada volume kedua, film ini lebih fokus menceritakan usaha perjuangan Hamka setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Pada masa ini, Indonesia masih dibayangi ancaman agresi kedua dari tentara sekutu.

Baca Juga: Nuzulul Quran dan Pesan Pentingya Berjibaku dengan Literasi.

Hal inilah yang membuat Hamka berkeliling ke seluruh pelosok demi menyiarkan pentingnya persatuan antara masyarakat, tokoh agama, dan pihak militer Indonesia.

Namun upaya tersebut justru membuatnya terkenal tembakan. Untungnya, Hamka selamat. Buya Hamka pun kemudian pindah ke Jakarta dan mendirikan Al-Azhar.

Namun Hamka difitnah terlibat dengan usaha pemberonatakn pada Soekarno sehingga membuatnya ditangkap dan dipaksa untuk menandatangani surat pengakuan.

Baca Juga: Megono Mbah Wono, Makanan Klasik Favorit di Pasar Ramadhan Kauman

Hamka berhasil bertahan dan mendapatkan hikmahnya dengan membuat kitab yang paling berpengaruh dalam pendidikan Islam, Tafsir Al-Azhar.

Sementara pada volume ketiga volume ini, penonton akan mengikuti masa kecil Hamka hingga tumbuh besar di Maninjau, Sumatera Barat. Pada masa ini, ia sudah menunjukkan minat pada tradisi dan sastra, hingga mengabaikan pendidikannya di pondok pesantren.

Mintanya ini bertentangan dengan berbenturan dengan sang Ayah, Haji Rasul dan semakin meruncing ketika sang Ibunda memilih bercerai dengan ayahnya.

Baca Juga: Konsumen Produk Tembakau Diperlakukan Tidak Adil, Pemerintah Abaikan Asas Perlindungan

Hamka pun tumbuh dengan jalan yang dipilihnya sendiri untuk pergi belajar ke Mekkah dan naik haji dengan usahanya sendiri.

Selama belajar di Mekkah, Hamka mulai berorganisasi, menemukan sistem manasik haji, dan mendapatkan misi terbesar dalam hidupnya, yaitu membangun Islam di Indonesia.

Di tengah perjuangan untuk meraih tujuannya itu, Hamka bertemu dengan Siti Raham, seorang perempuan yang menjadi inspirasi terbesar dalam hidup hingga akhirnya Hamka menikahinya. ***

Editor: Chaidir

Tags

Terkini

Terpopuler