Tafsir Semiotik
Puisi ini merupakan kritikan yang tajam terhadap kekuasaan yang korup dan otoriter. Puisi tersebut mengingatkan kita bahwa kebenaran harus diperjuangkan, bahkan di saat kebenaran harus melawan kekuasaan.
Berikut adalah beberapa analisis dan tafsir semiotik tentang puisi tersebut:
Metafora badak yang kuat dan menindas
Badak adalah hewan yang kuat dan lincah. Ia juga memiliki cula yang tajam yang dapat digunakan untuk menyerang musuhnya. Dalam konteks puisi tersebut, badak melambangkan kekuasaan yang kuat dan menindas. Kekuasaan tersebut menggunakan kekuatannya untuk menekan dan menindas rakyat.
Anak panah duka-lara sebagai senjata perlawanan
Anak panah adalah senjata yang digunakan untuk menyerang jarak jauh. Dalam konteks puisi tersebut, anak panah duka-lara melambangkan perlawanan terhadap kekuasaan yang korup dan otoriter. Puisi merupakan senjata yang digunakan untuk melawan kekuasaan tersebut.
Ular-ular berkalung kebencian yang melilit surban demokrasi
Ular adalah hewan yang sering dikaitkan dengan kejahatan dan keburukan. Dalam konteks puisi tersebut, ular-ular berkalung kebencian melambangkan para pendukung kekuasaan yang menggunakan kebencian dan propaganda untuk melawan kebenaran. Mereka menggunakan kebencian dan propaganda untuk menutupi kejahatan dan keburukan yang dilakukan oleh kekuasaan.
Baca Juga: SUV Listrik New MG ZS EV Buatan Dalam Negeri yang Unggul