DESK DIY - Bersekutu dengan kalbu, kutulis surat ini setajam sembilu, agar kalian yang akan berkuasa, kembali membersihkan jiwa, kembali mengaji, kembali meluruskan niat, kembali meneguhkan tekad, bahwa cita-cita para pendiri bangsa tak cuma menghafal Pancasila
Dengarlah suara sunyi dari palung sanubari, bisikan nurani di kedalaman hati, gerak-gerik zaman yang merahasiakan tanda-tanda: ribuan rintih rakyat jelata yang terus bertanya-tanya dimanakah kejujuran, keadilan dan kemanusiaan itu berada
Simaklah dengan seksama larik-larik frasa di kehidupan nyata, adakah harmoni masih bersuara di dawai biola? Suara camar yang menjerit sendiri dalam deru ombak di luas samudera? Atau desis angin di antara rumbai daun cemara?
Jangan pernah asal bicara, jangan kotori lidahmu dengan rasa iri dan dendam penuh jelaga, jangan pernah kalian kibarkan kosakata jumawa, dengan merendahkan sesama saudara satu bangsa!
Celupkan jiwa dan akal-budi dalam tempayan kerendahan hati, sebab kecerdasan dan gelar yang tinggi harus selalu diuji dengan kejujuran dan tindakan yang pantang melukai dan menyakiti
Gus Nas Jogja, 8 Januari 2024
----------
Jernihnya Mata Kalbu
Surat terbuka ini ditulis oleh Gus Nas, seorang ulama, budayawan dan tokoh masyarakat dari Yogyakarta. Surat ini ditujukan kepada para calon presiden (capres) yang akan berkuasa di Indonesia.
Baca Juga: Bawaslu Pamekasan Datangi Gus Miftah di Sleman, Klarifikasi Soal Bagi-Bagi Uang