Puisi Gus Nas : Surat Terbuka untuk Capres

- 9 Januari 2024, 07:44 WIB
Bersekutu dengan kalbu, kutulis surat ini setajam sembilu
Bersekutu dengan kalbu, kutulis surat ini setajam sembilu /Ilustrasi Pixabay

DESK DIY - Bersekutu dengan kalbu, kutulis surat ini setajam sembilu, agar kalian yang akan berkuasa, kembali membersihkan jiwa, kembali mengaji, kembali meluruskan niat, kembali meneguhkan tekad, bahwa cita-cita para pendiri bangsa tak cuma menghafal Pancasila

Dengarlah suara sunyi dari palung sanubari, bisikan nurani di kedalaman hati, gerak-gerik zaman yang merahasiakan tanda-tanda: ribuan rintih rakyat jelata yang terus bertanya-tanya dimanakah kejujuran, keadilan dan kemanusiaan itu berada

Simaklah dengan seksama larik-larik frasa di kehidupan nyata, adakah harmoni masih bersuara di dawai biola? Suara camar yang menjerit sendiri dalam deru ombak di luas samudera? Atau desis angin di antara rumbai daun cemara?

Jangan pernah asal bicara, jangan kotori lidahmu dengan rasa iri dan dendam penuh jelaga, jangan pernah kalian kibarkan kosakata jumawa, dengan merendahkan sesama saudara satu bangsa!

Celupkan jiwa dan akal-budi dalam tempayan kerendahan hati, sebab kecerdasan dan gelar yang tinggi harus selalu diuji dengan kejujuran dan tindakan yang pantang melukai dan menyakiti


Gus Nas Jogja, 8 Januari 2024
----------

Jernihnya Mata Kalbu

Surat terbuka ini ditulis oleh Gus Nas, seorang ulama, budayawan dan tokoh masyarakat dari Yogyakarta. Surat ini ditujukan kepada para calon presiden (capres) yang akan berkuasa di Indonesia.

Baca Juga: Bawaslu Pamekasan Datangi Gus Miftah di Sleman, Klarifikasi Soal Bagi-Bagi Uang

Dalam suratnya, Gus Nas mengingatkan para capres untuk kembali membersihkan jiwa, mengaji, meluruskan niat, dan meneguhkan tekad. Menurutnya, cita-cita para pendiri bangsa tidak hanya menghafal Pancasila, tetapi juga mewujudkan nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan kemanusiaan.

Gus Nas juga mengajak para capres untuk mendengarkan suara rakyat jelata. Ia mengingatkan bahwa masih banyak rakyat yang hidup dalam kesenjangan, ketidakadilan, dan ketidakmanusiaan.

Gus Nas juga mengingatkan para capres untuk berhati-hati dalam berbicara. Ia mengingatkan agar para capres tidak mengotori lidah mereka dengan rasa iri dan dendam, serta tidak menggunakan kosakata jumawa yang merendahkan sesama.

Terakhir, Gus Nas mengajak para capres untuk merendahkan hati. Menurutnya, kecerdasan dan gelar yang tinggi harus selalu diuji dengan kejujuran dan tindakan yang pantang melukai dan menyakiti.

Surat terbuka ini merupakan nasihat yang penting untuk para capres. Nasihat ini mengingatkan para capres akan tanggung jawab besar yang akan mereka emban jika terpilih menjadi presiden.

Baca Juga: Pendaftar Pengawas TPS di Bantul Sepi Peminat

Surat terbuka ini juga merupakan cerminan dari kondisi bangsa Indonesia saat ini. Masih banyak rakyat yang hidup dalam kesenjangan, ketidakadilan, dan ketidakmanusiaan. Para capres harus memiliki komitmen untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pesan surat terbuka ini adalah agar para calon presiden dapat kembali ke fitrahnya sebagai pemimpin yang jujur, adil, dan penuh kasih sayang. Surat ini juga mengingatkan para calon presiden untuk tidak asal bicara, merendahkan sesama, dan sombong.

Surat ini menggunakan bahasa yang lugas dan menggugah hati. Penggunaan kata-kata seperti "setajam sembilu", "palung sanubari", "harmoni", "desis angin", dan "kerendahan hati" membuat surat ini terasa lebih mendalam dan menyentuh.

Surat ini juga menggunakan metafora yang menarik, seperti "ribuan rintih rakyat jelata yang terus bertanya-tanya dimanakah kejujuran, keadilan dan kemanusiaan itu berada" dan "celupkan jiwa dan akal-budi dalam tempayan kerendahan hati". Metafor-metafor ini membuat surat ini lebih menarik dan mudah dipahami.

Baca Juga: Kritikan Anies Terkait Kenaikan Gaji PNS dan TNI/Polri Lebih Tinggi di Era SBY Langsung Ditanggapi Jokowi

Secara keseluruhan, surat terbuka ini adalah surat yang baik dan bermakna. Surat ini dapat menjadi pengingat bagi para calon presiden untuk menjadi pemimpin yang berjiwa besar dan penuh kasih sayang.

Kesimpulan

Surat terbuka ini merupakan sebuah nasihat kepada para calon presiden. Nasihat ini penting untuk didengarkan, mengingat bahwa para calon presiden akan menjadi pemimpin bangsa. Jika para calon presiden tidak memenuhi nasihat ini, maka cita-cita para pendiri bangsa akan sulit diwujudkan.

Berikut adalah beberapa poin penting dari surat terbuka ini:

* Calon presiden harus kembali membersihkan jiwa, mengaji, meluruskan niat, dan meneguhkan tekad.

* Calon presiden harus mendengarkan suara sunyi dari palung sanubari, bisikan nurani di kedalaman hati, dan gerak-gerik zaman.

* Calon presiden harus tidak asal bicara, tidak kotori lidah dengan rasa iri dan dendam, dan tidak kibarkan kosakata jumawa.

* Calon presiden harus rendah hati dan menjunjung tinggi kejujuran. ***

Editor: Chaidir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x