Puisi Gus Nas : Yang Sempat

- 1 Januari 2024, 07:59 WIB
Masihkah kauharap Ada Tahun Baru?
Masihkah kauharap Ada Tahun Baru? /Ilustrasi Pixabay

YANG sempat                                                      Kau sempitkan

Yang rindang
Kau rundung

Yang suka
Kau sakiti

Yang limbah
Kau sembah

Yang tipu
Kau rayu

Masihkah kauharap
Ada Tahun Baru?


Gus Nas Jogja, 31 Desember 2023
-------

Tentang Puisi "Yang Sempat"

Puisi "Yang Sempat" karya Gus Nas merupakan sebuah kritik sosial terhadap perilaku manusia yang tidak menghargai waktu. Kata "yang sempat" dalam puisi ini mengacu pada waktu yang dimiliki oleh manusia. Manusia memiliki waktu yang terbatas, tetapi seringkali mereka tidak menghargai waktu tersebut.

Dalam puisi ini, Gus Nas menggunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dipahami, tetapi memiliki makna yang mendalam. Kata "sempitkan" dalam baris pertama berarti bahwa manusia sering kali menyia-nyiakan waktu mereka dengan melakukan hal-hal yang tidak penting. Kata "rundung" dalam baris kedua berarti bahwa manusia sering kali menyakiti orang-orang yang mereka cintai. Kata "sakiti" dalam baris ketiga berarti bahwa manusia sering kali melakukan hal-hal yang merugikan diri mereka sendiri. Kata "sembah" dalam baris keempat berarti bahwa manusia sering kali mengagumi hal-hal yang tidak berharga. Kata "rayu" dalam baris kelima berarti bahwa manusia sering kali tertipu oleh hal-hal yang tidak benar.

Baca Juga: Menyambut Tahun Baru di Yogyakarta: 5 Tempat Rekomendasi yang Memukau

Pada akhir puisi, Gus Nas bertanya apakah manusia masih berharap ada Tahun Baru jika mereka terus berperilaku seperti itu. Jawabannya tentu saja tidak. Jika manusia terus menyia-nyiakan waktu mereka, mereka tidak akan bisa memanfaatkan Tahun Baru dengan sebaik-baiknya.

Makna Puisi "Yang Sempat"

Puisi "Yang Sempat" memiliki makna yang mendalam tentang pentingnya menghargai waktu. Manusia memiliki waktu yang terbatas, dan mereka harus memanfaatkan waktu tersebut sebaik-baiknya. Mereka harus menghindari menyia-nyiakan waktu dengan melakukan hal-hal yang tidak penting. Mereka juga harus menghindari menyakiti orang lain, termasuk diri mereka sendiri. Mereka harus mengagumi hal-hal yang berharga, dan menghindari tertipu oleh hal-hal yang tidak benar.

Jika manusia bisa menghargai waktu, mereka akan bisa menjalani hidup dengan lebih bermakna. Mereka akan bisa memanfaatkan waktu mereka untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan orang lain. Mereka akan bisa menciptakan Tahun Baru yang lebih baik.

*Tafsir Kontemplatif*

Puisi "Yang Sempat" karya Gus Nas ini menggambarkan tentang sikap manusia yang sering kali tidak menghargai kesempatan yang diberikan kepadanya.

Baca Juga: PHR Sumbang Rp 80,2 Triliun ke Kas Negara

Pada bait pertama, disebutkan bahwa manusia sering kali menyempitkan kesempatan yang ada. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana manusia sering kali hanya fokus pada hal-hal yang buruk dan negatif. Manusia sering kali lupa untuk bersyukur atas kesempatan yang ada, dan malah fokus pada kekurangan yang ada.

Pada bait kedua, disebutkan bahwa manusia sering kali rundung atau mengusir kesempatan yang ada. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana manusia sering kali menolak perubahan atau hal-hal baru. Manusia sering kali takut untuk mengambil risiko, dan malah memilih untuk tetap berada di zona nyamannya.

Pada bait ketiga, disebutkan bahwa manusia sering kali menyakiti kesempatan yang ada. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana manusia sering kali melakukan kesalahan atau tindakan yang merugikan. Manusia sering kali tidak bertanggung jawab atas tindakannya, dan malah menyakiti orang lain atau dirinya sendiri.

Pada bait keempat, disebutkan bahwa manusia sering kali menyembah kesempatan yang ada. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana manusia sering kali terobsesi dengan hal-hal yang material. Manusia sering kali hanya mengejar kekayaan dan kesenangan, dan malah melupakan hal-hal yang lebih penting dalam hidup.

Baca Juga: 45 Caleg PKB Bantul Ikuti Pembekalan dan Konsolidasi Pemenangan Pemilu

Pada bait kelima, disebutkan bahwa manusia sering kali merayu kesempatan yang ada. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana manusia sering kali berbohong atau menipu untuk mendapatkan sesuatu. Manusia sering kali tidak jujur dengan dirinya the sendiri, dan malah menggunakan cara-cara yang tidak benar untuk mencapai tujuannya.

Pada bait keenam, pertanyaan diajukan tentang apakah manusia masih berharap ada tahun baru. Pertanyaan ini bisa diartikan sebagai pertanyaan tentang apakah manusia masih berharap ada perubahan dalam hidupnya.

Pertanyaan ini bisa dijawab dengan berbagai cara. Jika manusia ingin ada perubahan dalam hidupnya, maka ia harus mulai mengubah sikapnya. Manusia harus belajar untuk menghargai kesempatan yang ada, dan tidak lagi menyempitkan, rundung, menyakiti, menyembah, atau merayu kesempatan tersebut.

Jika manusia masih terus bersikap seperti yang disebutkan dalam puisi ini, maka ia tidak akan pernah menemukan kebahagiaan dan kedamaian dalam hidupnya.

Tafsir Teologis

Puisi "Yang Sempat" karya Gus Nas yang ditulis pada tanggal 31 Desember 2023 ini merupakan sebuah kritik terhadap perilaku manusia yang tidak menghargai kesempatan yang ada.

Baca Juga: Ganjar Apresiasi Pimpinan TNI yang Memberikan Hukuman kepada Prajurit yang Menganiaya Relawan

Dalam puisi ini, Gus Nas mengungkapkan bahwa manusia sering kali bersikap sempit, egois, dan tidak berperasaan.

Pada bait pertama, Gus Nas mengatakan bahwa manusia sering kali menyempitkan kesempatan yang ada. Hal ini bisa terjadi karena manusia sering kali hanya fokus pada hal-hal yang bersifat materiil atau duniawi. Akibatnya, manusia menjadi tidak menghargai hal-hal yang bersifat spiritual atau rohani.

Pada bait kedua, Gus Nas mengatakan bahwa manusia sering kali rundung atau mengganggu hal-hal yang rindang. Hal ini bisa terjadi karena manusia sering kali merasa cemburu atau iri terhadap orang lain yang lebih baik darinya. Akibatnya, manusia menjadi tidak menghargai orang lain dan berusaha untuk menjatuhkannya.

Pada bait ketiga, Gus Nas mengatakan bahwa manusia sering kali menyakiti orang yang mereka sukai. Hal ini bisa terjadi karena manusia sering kali bersikap egois dan tidak mau mengalah. Akibatnya, hubungan antara manusia menjadi rusak dan tidak harmonis.

Pada bait keempat, Gus Nas mengatakan bahwa manusia sering kali menyembah hal-hal yang limbah atau tidak berguna. Hal ini bisa terjadi karena manusia sering kali terjebak dalam hal-hal yang bersifat duniawi dan tidak mau memikirkan hal-hal yang bersifat spiritual. Akibatnya, manusia menjadi tidak menghargai hal-hal yang sebenarnya penting dalam hidup.

Pada bait kelima, Gus Nas mengatakan bahwa manusia sering kali rayu orang yang tipu. Hal ini bisa terjadi karena manusia sering kali mudah tergoda oleh hal-hal yang bersifat materiil atau duniawi. Akibatnya, manusia menjadi tidak waspada dan mudah tertipu oleh orang-orang yang tidak baik.

Baca Juga: Muhaimin Bunyikan Kentungan di Kota Batu Simbol Ajakan Perubahan

Pada bait terakhir, Gus Nas mempertanyakan apakah manusia masih berharap akan ada Tahun Baru jika mereka terus bersikap seperti itu. Hal ini berarti bahwa Gus Nas ingin mengajak manusia untuk introspeksi diri dan mengubah perilaku mereka.

Refleksi Tahun Baru:

Puisi "Yang Sempat" merupakan sebuah refleksi yang penting bagi kita semua dalam memasuki Tahun Baru. Puisi ini mengingatkan kita untuk menghargai kesempatan yang ada dan untuk bersikap lebih baik kepada orang lain. Jika kita tidak mau mengubah perilaku kita, maka kita tidak akan pernah bisa mencapai kebahagiaan yang sesungguhnya. ***

Editor: Chaidir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x