Baca Juga: Puisi Gus Nas : Makelar Suara
Pada bait ketiga, penyair mengungkapkan kerinduannya akan desa yang dulu.
Ia merindukan suara-suara khas desa yang kini telah menghilang.
Ia juga merindukan suasana desa yang dulunya damai dan tenang.
Pada bait keempat, penyair menyamakan desa yang telah berubah dengan seonggok artefak.
Desa yang dulunya ramah dan hidup, kini telah menjadi fosil yang tidak lagi memiliki fungsi.
Pada bait kelima, penyair menggambarkan dirinya sebagai pelancong bertopeng yang datang dari kota.
Ia datang ke desa untuk melihat perubahan yang terjadi, tetapi ia tidak dapat merasakan keindahan desa yang dulu.
Puisi ini merupakan refleksi dari perubahan yang terjadi di desa-desa di Indonesia.
Perubahan ini tentu memiliki dampak positif dan negatif.