Desa-desa yang dulunya sederhana dan damai kini berubah menjadi modern dan ramai.
Jalan setapak yang dulunya terbuat dari tanah kini telah beraspal, pohon-pohon munggur dan bambu yang rindang kini telah ditebang, dan suara cangkul petani, lenguh kerbau, dan celoteh anak-anak gembala kini telah menghilang.
Perubahan ini membuat sang penyair merasa sedih dan nostalgia.
Ia merindukan desa yang dulunya sederhana dan damai.
Ia merasa seperti pelancong yang bertopeng di desa kelahirannya sendiri.
Sajak ini dapat menjadi refleksi bagi kita semua tentang pentingnya menjaga kelestarian desa.
Desa-desa merupakan bagian penting dari budaya Indonesia.
Desa-desa yang indah dan damai dapat menjadi tempat yang nyaman untuk hidup dan berlibur.
Baca Juga: Puisi Gus Nas : Arang dan Abu Menabur Angin
Romantisme pun Sirna