Puisi Gus Nas : Berguru Pada Puisi, Bercanda dengan Pemilu

21 November 2023, 12:35 WIB
Berguru pada puisi, carilah akar nalar tanpa dasar di marwah mawar. /Ilustrasi : pixabay

DESK DIY -- Pilihlah kata sesuka-suka isi kepala, tapi intuisi hanya hadir di kedalaman hati

Berguru pada puisi, carilah akar nalar tanpa dasar di marwah mawar
Erami telur-telur rindu itu dalam sangkar cahaya budi bahasa

Penguasa selalu datang dan pergi sesuka-suka cuaca, tapi penggembala tak mungkin ingkar dari takdirnya

Dalam tempayan kecemasan, hitam-putih cinta akan selalu setia menjaga makna purnama
Ketika malam dan cakrawala tak sanggup bersanding mesra


Gus Nas Jogja, 21 November 2023

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Pahlawan Kesiangan

Analisis Sastra

Secara keseluruhan, puisi ini merupakan sebuah refleksi tentang kehidupan.

Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang makna intuisi, puisi, kekuasaan, dan cinta.

Berikut ini adalah beberapa interpretasi tentang puisi ini:

Intuisi dimaknai sebagai kemampuan untuk memahami sesuatu tanpa melalui proses berpikir logis.

Intuisi merupakan sesuatu yang bersifat subjektif dan tidak bisa dipaksakan.

Puisi dimaknai sebagai sebuah karya sastra yang memiliki makna yang mendalam.

Puisi mampu melampaui logika dan akal, sehingga mampu memberikan pemahaman yang lebih luas tentang kehidupan.

Kekuasaan dimaknai sebagai sesuatu yang bersifat sementara.

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Selamat Malam, Netanyahu

Kekuasaan bisa datang dan pergi sesuka hati, tergantung pada keadaan.

Cinta dimaknai sebagai kekuatan yang mampu mengatasi segala kecemasan.

Cinta juga merupakan cahaya yang mampu menerangi kegelapan.

Puisi ini terdiri dari empat bait, masing-masing bait terdiri dari empat baris.

Bait pertama dan kedua berbicara tentang pentingnya intuisi dan budi bahasa.

Bait ketiga dan keempat berbicara tentang kekuasaan dan cinta.

Pada bait pertama, penyair mengatakan bahwa kita bisa memilih kata sesuka hati, tetapi intuisi hanya hadir di kedalaman hati.

Intuisi adalah kemampuan untuk mengetahui sesuatu tanpa melalui proses berpikir yang rasional. Ia adalah suara hati yang bisa dipercaya.

Budi bahasa adalah sikap dan perilaku yang baik dan sopan. Ia adalah cerminan dari karakter seseorang.

Pada bait kedua, penyair mengajak kita untuk berguru pada puisi.

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Hujan Kepalsuan

Puisi adalah karya seni yang memadukan kata, irama, dan makna. Ia bisa menjadi sarana untuk mencari akar nalar tanpa dasar.

Akar nalar tanpa dasar adalah dasar pemikiran yang kuat dan tidak mudah goyah.

Penyair juga mengajak kita untuk merawat telur-telur rindu dalam sangkar cahaya budi bahasa.

Telur-telur rindu adalah potensi yang bisa kita kembangkan menjadi sesuatu yang indah.

Pada bait ketiga, penyair mengatakan bahwa penguasa selalu datang dan pergi sesuka-suka cuaca. Ia adalah simbol dari kekuasaan yang bisa berubah-ubah setiap saat.

Penggembala adalah simbol dari rakyat yang setia menjaga kedaulatan bangsa.

Pada bait keempat, penyair mengatakan bahwa hitam-putih cinta akan selalu setia menjaga makna purnama.

Hitam dan putih adalah simbol dari dua hal yang berbeda, tetapi bisa bersatu.

Cinta adalah kekuatan yang bisa menyatukan perbedaan.

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Seluruh Mata Tertuju ke Palestina

Ketika malam dan cakrawala tak sanggup bersanding mesra, hitam-putih cinta akan tetap setia menjaga makna purnama.

Secara keseluruhan, puisi ini mengajak kita untuk berpikir kritis dan tidak mudah terbawa arus.

Puisi ini juga mengajak kita untuk selalu menjaga budi bahasa dan cinta.

Berikut adalah beberapa interpretasi dari puisi ini:

Bait pertama dan kedua bisa diinterpretasikan sebagai pesan agar kita tidak hanya mengandalkan logika, tetapi juga intuisi dan budi bahasa.

Logika adalah penting, tetapi intuisi dan budi bahasa juga bisa menjadi panduan yang berharga.

Bait ketiga dan keempat bisa diinterpretasikan sebagai pesan agar kita tidak takut dengan perubahan.

Penguasa bisa berubah, tetapi rakyat harus tetap setia menjaga kedaulatan bangsa.

Cinta adalah kekuatan yang bisa menyatukan perbedaan dan membuat perubahan menjadi mungkin.

Puisi ini bisa dibaca sebagai refleksi tentang kehidupan, politik, dan cinta.

Puisi ini adalah karya seni yang kaya akan makna dan bisa dinikmati oleh berbagai kalangan.

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Membelah Subuh

Puisi "Berguru pada Puisi, Bercanda dengan Pemilu" karya Gus Nas Jogja merupakan sebuah puisi yang sarat makna dan pesan moral.

Puisi ini terdiri dari empat bait, masing-masing bait terdiri dari empat baris.

Pada bait pertama, penyair mengajak pembaca untuk memilih kata-kata yang sesuai dengan hati nurani, bukan sekadar mengikuti isi kepala.

Hal ini dikarenakan intuisi hanya hadir di kedalaman hati, di mana terdapat kecerdasan spiritual yang lebih tinggi daripada kecerdasan intelektual.

Pada bait kedua, penyair mengajak pembaca untuk berguru pada puisi.

Puisi merupakan bentuk seni yang mampu mengungkapkan hakikat kebenaran dan keindahan.

Dengan berguru pada puisi, kita dapat menemukan akar nalar tanpa dasar, yaitu nalar yang tidak didasarkan pada logika semata, melainkan juga pada intuisi dan pengalaman.

Pada bait ketiga, penyair membandingkan penguasa dengan penggembala.

Penguasa selalu datang dan pergi sesuka-suka cuaca, sedangkan penggembala selalu setia pada tugasnya, yaitu memimpin dan menjaga kawanan dombanya.

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Berjihad di Palestina

Hal ini menunjukkan bahwa kekuasaan bersifat sementara, sedangkan tugas dan tanggung jawab bersifat abadi.

Pada bait keempat, penyair menggambarkan kecemasan yang menyelimuti masyarakat.

Kecemasan ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti ketidakpastian ekonomi, politik, dan sosial.

Namun, di tengah kecemasan itu, cinta tetap setia menjaga makna purnama. Cinta merupakan kekuatan yang mampu memberikan harapan dan kedamaian di tengah kegelapan.

Secara keseluruhan, puisi ini mengajak pembaca untuk berpikir secara kritis dan mendalam tentang berbagai hal, termasuk tentang hakikat kebenaran, kekuasaan, dan cinta.

Puisi ini juga memberikan pesan moral bahwa cinta merupakan kekuatan yang mampu mengatasi segala kecemasan dan kegelapan.

Berikut adalah beberapa interpretasi lain dari puisi ini:

Bait pertama dapat diartikan sebagai anjuran untuk menggunakan bahasa yang jujur dan tulus, bukan sekadar bahasa yang indah dan puitis.

Baca Juga: Puisi Gus Nas : PIlpres

Bait kedua dapat diartikan sebagai anjuran untuk mencari kebenaran dengan cara yang tidak terbatas pada logika saja, melainkan juga dengan cara intuitif dan spiritual.

Bait ketiga dapat diartikan sebagai pesan moral bahwa kekuasaan bersifat sementara, sedangkan tanggung jawab dan tugas bersifat abadi.

Bait keempat dapat diartikan sebagai pesan moral bahwa cinta merupakan kekuatan yang mampu memberikan harapan dan kedamaian di tengah kegelapan.

Interpretasi puisi ini tentu saja dapat berbeda-beda, tergantung pada latar belakang dan pengalaman pembaca.

Namun, secara umum, puisi ini merupakan sebuah karya yang kaya akan makna dan pesan moral. ***

Editor: Chaidir

Tags

Terkini

Terpopuler