Komentar Ketua MUI DIY Terkait Sosok Buya Hamka yang Difilmkan

- 10 April 2023, 09:55 WIB
Ketua MUI DIY KH Machasin.
Ketua MUI DIY KH Machasin. /Foto : Chaidir

DESK DIY -- Buya Hamka adalah sosok ulama, jurnalis, sastrawan, dan aktivis kritis yang menjadi panutan, inspiratif dan tokoh legendaris Indonesia.

 

Perjalanan hidupnya telah dikemas dalam sebuah film biografi dan mulai 20 April 2023 ditayang di bioskop-bioskop di Indonesia.

Film Buya Hamka disutradarai Fajar Busyomi dengan produser Falcon Pictures telah merilis trailer resmi film ini sejakKamis (25/3/2023).

Baca Juga: Grebeg Jemunak di Gunung Pring Muntilan: Makanan Pembatal Puasa yang Ada Hanya di Bulan Ramadhan

Di Yogyakarta, gala premiere film Buya Hamka ditayang pada Minggu (9/4/2023) di CGV Pakuwon, Haryono Mall, dengan mengundang sejumlah tokoh dari Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.

Film Buya Hamka adalah sebuah fim biografi yang mengangkat kisah nyata perjalanan seorang tokoh inpiratif Indonesia bernama lengkap Haji Abdul Malik Katim Amrullah.

Buya Hamka tak hanya sebagai ulama, tapi predikat lainnya adalah seorang jurnalis penulis, pengajar, sekaligus politisi. Beliau juga dikenal sebagai ketua pertama Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan tokoh Muhammadiah yang mendapatkan gelar Pahlawan Nasional.

Baca Juga: Bubur Saren Kauman yang Dirindukan Para Pemudik

Sejumlah aktor dan aktris yang dilibatkan adalah sosok idola anak-anak muda dan aktor yang memiliki pengalaman panjang dalam dunia akting.

Beberapa aktor dan aktris utama yang berperan antara lain Vino G. Bastian sebagai Buya Hamka, Laudya Cynthia Bella sebagai Siti Raham, Mawar de Jongh sebagai Kulsum, Mellya Baskarani sebagai Aminah

Ada lagi Yoriko Angeline sebagai Ola, Novita Hardini sebagai Fatimah, Anjasmara sebagai Ir. Soekarno, Marthino Lio sebagai Amir, Reza Rahadian sebagai Hos Tjokroaminoto, Verdi Soelaiman sebagai Abdul Karim, Wafda Lubis sebagai Rozak, Roy Sungkono sebagai Rusydi (Dewasa), Ajil Ditto sebagai Fakhri (Dewasa), dan Yoga Pratama sebagai Zaki (Dewasa). Masih ada bintang film senior yang dilibatkan.

Baca Juga: Yogyakarta Siapkan Puluhan Posko Mudik Lebaran 2023. Apa Saja Fasilitasnya ?

Ketua Majlis Ulama Indonesia (MUI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) KH Machasin mengemukakan sosok Buya Hamka layak difilmkan.

"Sudah layak banget difilmkan supaya orang-orang tahu. Kan banyak yang tidak tahu sekarang ini," ujar KH Machasin jelang penayangan film Buya Hamka.

KH Machasin mengaku kenal dengan Buya Hamka sejak dirinya masih duduk di kelas 3 SMP. Buya Hamka adalah sosok jurnalis dan sastrawan yang aktif. Karya sastra sangat dikenal banyak orang pada jamannya.

Baca Juga: Hadapi Arus Mudik, Menteri Perhubungan Periksa Kesiapan Sarana dan Prasarana Transportasi

Sebagai seorang ulama, lanjut Machasin, Buya Hamka adalah seorang yang terbuka dan mau belajar. Orang yang tak ingin berkumpul dalam satu ruangan, tapi harus banyak belajar dan membaca.

"Buya seorang ulama yang berangkat dari penulis yang menggambarkan banyak peristiwa. Ini artinya jangan hanya berkumpul pada satu ruangan, tapi masih harus banyak membaca dan banyak terlibat," ujarnya.

Seperti hal yang pernah diungkap Buya Hamka tentang doa qunut yang diakuinya setelah dirinya banyak membaca hadist. Begitu pula dengan bukunya tentang Tasauf Modern.

Baca Juga: Rekayasa Lalu Lintas Tol Mudik Lebaran 2023, Catat Jadwalnya

"Buku Tasauf Modern beliau tulis karena saat takut pada kematian dan akhirnya bisa melawan kematian itu dia membuat buku. Tulisannya dibuat saat menjadi wartawan di majalah lalu dikumpulkan. Dia mengambil tulisannya sendiri untuk memperkuat," tambah KH Machasin.

Baca Juga: Irjen Kemenag: Jangan Ada Proyek SBSN 2023 yang Mangkrak

Film Buya Hamka terbagi dalam tiga volume yang berdurasi total selama tujuh jam. Film ini fokus menceritakan kehidupan sosok Buya Hamka dari kecil hingga dewasa.

Pada volume pertama, film ini mengisahkan periode ketika Hamka menjadi pengurus Muhammadiyah di Makassar dan berhasil memajukan organisasi tersebut.

Setelah keberhasilan tersebut, Buya Hamka diangkat menjadi pemimpin redaksi majalah pedoman Masyarakat sehingga membuat ia dan keluarganya harus pindah ke Medan.

Namun pengangkatannya sebagai pemimpin tersebut membuat ia mulai berbenturan dengan kepentingan Jepang hingga membuat medianya harus ditutup karena dianggap berbahaya.

Baca Juga: Nuzulul Quran dan Pesan Pentingya Berjibaku dengan Literasi.

Kehidupan keluarganya juga terguncang ketika salah satu anak mereka meninggal dunia. Selain itu, usahanya mendekati Jepang membuatnya dianggap penjilat dan dimusuhi sehingga ia pun diminta diminta mengundurkan diri dari jabatanya sebagai pengurus Muhammadiyah.

Pada volume kedua, film ini lebih fokus menceritakan usaha perjuangan Hamka setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Pada masa ini, Indonesia masih dibayangi ancaman agresi kedua dari tentara sekutu.

Hal inilah yang membuat Hamka berkeliling ke seluruh pelosok demi menyiarkan pentingnya persatuan antara masyarakat, tokoh agama, dan pihak militer Indonesia.

Baca Juga: Megono Mbah Wono, Makanan Klasik Favorit di Pasar Ramadhan Kauman

Namun upaya tersebut justru membuatnya terkenal tembakan. Untungnya, Hamka selamat. Buya Hamka pun kemudian pindah ke Jakarta dan mendirikan Al-Azhar.

Namun Hamka difitnah terlibat dengan usaha pemberonatakn pada Soekarno sehingga membuatnya ditangkap dan dipaksa untuk menandatangani surat pengakuan.

Hamka berhasil bertahan dan mendapatkan hikmahnya dengan membuat kitab yang paling berpengaruh dalam pendidikan Islam, Tafsir Al-Azhar.

Baca Juga: Konsumen Produk Tembakau Diperlakukan Tidak Adil, Pemerintah Abaikan Asas Perlindungan

Sementara pada volume ketiga volume ini, penonton akan mengikuti masa kecil Hamka hingga tumbuh besar di Maninjau, Sumatera Barat. Pada masa ini, ia sudah menunjukkan minat pada tradisi dan sastra, hingga mengabaikan pendidikannya di pondok pesantren.

Mintanya ini bertentangan dengan berbenturan dengan sang Ayah, Haji Rasul dan semakin meruncing ketika sang Ibunda memilih bercerai dengan ayahnya.

Hamka pun tumbuh dengan jalan yang dipilihnya sendiri untuk pergi belajar ke Mekkah dan naik haji dengan usahanya sendiri.

Baca Juga: Soal Brigjen Endar Priantoro, Kapolri Nyatakan Urusan Internal KPK

Selama belajar di Mekkah, Hamka mulai berorganisasi, menemukan sistem manasik haji, dan mendapatkan misi terbesar dalam hidupnya, yaitu membangun Islam di Indonesia.

Di tengah perjuangan untuk meraih tujuannya itu, Hamka bertemu dengan Siti Raham, seorang perempuan yang menjadi inspirasi terbesar dalam hidup hingga akhirnya Hamka menikahinya. ***

Editor: Chaidir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x