Maka ziarahmu selalu ke Timur, pada artefak dan cahaya dimana matahari terbit, para sufi berkhalwat dan tentang harum cinta yang semerbak di mihrab nurani
Paragraf ini menggambarkan perjalanan spiritual Abdul Hadi WM. Ia selalu mencari kebenaran dan kedamaian batin dengan berguru kepada para sufi di Timur. Ia belajar tentang cinta dan keabadian yang menjadi inti ajaran tasawuf.
Suatu waktu, berpuluh-puluh tahun lalu, kauajak Al-Hallaj mengetuk pintu pertapaanku, lalu kita berkisah tentang jauh-dekat dengan anak panah rindu
Paragraf ini menceritakan sebuah pengalaman spiritual yang dialami oleh Gus Nas bersama Abdul Hadi WM. Gus Nas diajak Abdul Hadi WM untuk berziarah ke makam Al-Hallaj, seorang sufi sufi yang terkenal karena ajarannya tentang cinta. Di maqam Al-Hallaj, Gus Nas dan Abdul Hadi WM berkisah tentang cinta dan kerinduan kepada Tuhan.
Untuk apa kita terseret, lalu tersesat di Barat: begitu lantang pikiranmu
Sesudah itu, filsafat dan peradaban kita gali tiada henti dari Masyriq, tempat terbitnya matahari
Baca Juga: Puisi Gus Nas : Maut Berdiri Gagah Di Pelupuk Mata
Paragraf terakhir ini menyimpulkan pemikiran Abdul Hadi WM. Abdul Hadi WM percaya bahwa kita seharusnya tidak terseret oleh budaya Barat. Ia mengajak kita untuk kembali ke Timur, tempat asal kita, untuk mempelajari filsafat dan peradaban kita sendiri.
Syair ini adalah sebuah karya yang indah dan bermakna. Ia menggambarkan perjalanan spiritual Abdul Hadi WM yang penuh dengan cinta dan kerinduan kepada Tuhan. Syair ini juga mengajak kita untuk kembali ke Timur untuk mempelajari filsafat dan peradaban kita sendiri.
Inna Lillahi Wa Inna Ilahi Roji'un