DESK DIY - Jarak antara maut, surga dan kita ternyata lebih dekat dari urat leher
Bahkan sejak rahim Ibu melahirkan, kemelekatan antara Tuhan, keabadian dan kita juga nyata adanya
Maka ziarahmu selalu ke Timur, pada artefak dan cahaya dimana matahari terbit, para sufi berkhalwat dan tentang harum cinta yang semerbak di mihrab nurani
Suatu waktu, berpuluh-puluh tahun lalu, kauajak Al Hallaj mengetuk pintu pertapaanku, lalu kita berkisah tentang jauh-dekat dengan anak panah rindu
Untuk apa kita terseret, lalu tersesat di Barat: begitu lantang pikiranmu
Sesudah itu, filsafat dan peradaban kita gali tiada henti dari Masyriq, tempat terbitnya matahari
Analisis
Syair "Urat Leher" karya Gus Nas Jogja merupakan sebuah ode untuk Abdul Hadi WM, seorang sastrawan dan filsuf Islam Indonesia. Syair ini ditulis pada tanggal 19 Januari 2024, bertepatan dengan wafatnya Abdul Hadi WM.
Syair ini dibuka dengan pernyataan bahwa jarak antara maut, surga, dan kita ternyata lebih dekat dari urat leher. Hal ini menunjukkan bahwa kematian adalah hal yang pasti dan tak terelakkan, dan bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara.
Baca Juga: Puisi Gus Nas : Politik itu Bersih