Puisi Gus Nas : Yang Sempat

- 1 Januari 2024, 07:59 WIB
Masihkah kauharap Ada Tahun Baru?
Masihkah kauharap Ada Tahun Baru? /Ilustrasi Pixabay

Dalam puisi ini, Gus Nas menggunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dipahami, tetapi memiliki makna yang mendalam. Kata "sempitkan" dalam baris pertama berarti bahwa manusia sering kali menyia-nyiakan waktu mereka dengan melakukan hal-hal yang tidak penting. Kata "rundung" dalam baris kedua berarti bahwa manusia sering kali menyakiti orang-orang yang mereka cintai. Kata "sakiti" dalam baris ketiga berarti bahwa manusia sering kali melakukan hal-hal yang merugikan diri mereka sendiri. Kata "sembah" dalam baris keempat berarti bahwa manusia sering kali mengagumi hal-hal yang tidak berharga. Kata "rayu" dalam baris kelima berarti bahwa manusia sering kali tertipu oleh hal-hal yang tidak benar.

Baca Juga: Menyambut Tahun Baru di Yogyakarta: 5 Tempat Rekomendasi yang Memukau

Pada akhir puisi, Gus Nas bertanya apakah manusia masih berharap ada Tahun Baru jika mereka terus berperilaku seperti itu. Jawabannya tentu saja tidak. Jika manusia terus menyia-nyiakan waktu mereka, mereka tidak akan bisa memanfaatkan Tahun Baru dengan sebaik-baiknya.

Makna Puisi "Yang Sempat"

Puisi "Yang Sempat" memiliki makna yang mendalam tentang pentingnya menghargai waktu. Manusia memiliki waktu yang terbatas, dan mereka harus memanfaatkan waktu tersebut sebaik-baiknya. Mereka harus menghindari menyia-nyiakan waktu dengan melakukan hal-hal yang tidak penting. Mereka juga harus menghindari menyakiti orang lain, termasuk diri mereka sendiri. Mereka harus mengagumi hal-hal yang berharga, dan menghindari tertipu oleh hal-hal yang tidak benar.

Jika manusia bisa menghargai waktu, mereka akan bisa menjalani hidup dengan lebih bermakna. Mereka akan bisa memanfaatkan waktu mereka untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan orang lain. Mereka akan bisa menciptakan Tahun Baru yang lebih baik.

*Tafsir Kontemplatif*

Puisi "Yang Sempat" karya Gus Nas ini menggambarkan tentang sikap manusia yang sering kali tidak menghargai kesempatan yang diberikan kepadanya.

Baca Juga: PHR Sumbang Rp 80,2 Triliun ke Kas Negara

Pada bait pertama, disebutkan bahwa manusia sering kali menyempitkan kesempatan yang ada. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana manusia sering kali hanya fokus pada hal-hal yang buruk dan negatif. Manusia sering kali lupa untuk bersyukur atas kesempatan yang ada, dan malah fokus pada kekurangan yang ada.

Halaman:

Editor: Chaidir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x