Puisi Gus Nas : Balairung

- 10 Desember 2023, 06:34 WIB
Gus Nas saat membaca puisi berjudul Balairung.
Gus Nas saat membaca puisi berjudul Balairung. /Foto : Istimewa

Dalam tempayan keindahan kita bertemu, Balairung namanya, titik-temu Sumbu Filosofi antara Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo, untuk mengheningkan cipta, menajamkan rasa, menetaskan karsa

Sesudah melintasi waktu panjang dari tanggal 16 Desember 1949, kita akan kembali mengetuk pintu kalbu ibu Pertiwi

Ibu, aku sudah belajar filsafat, politik, hukum, matematika, ekonomi, agama, manajemen, lengkap dengan segala paradigma dan algoritmanya

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Tuhan Tak Pernah Cuci Tangan

Lebih dari segalanya, aku juga sudah belajar menjadi makelar, calo, agar dekat dengan harta dan tahta, bisa flexing dan tebar pesona

Ibu, masih kujumpai simpul amarah pada sampul dunia, saat korupsi, kolusi dan nepotisme masih menari di pelupuk mata, dengan pedang apa akan kupancung ia?

Hari ini aku mengaji kejujuran, mengeja kehidupan, sembari bercermin pada watak leluhur yang welas-asih dan _sepi ing pamrih,_ berguru pada para Begawan di Kampus Biru ini

Aku merindukan birunya biru, ekosistem kebudayaan dan kesalehan sosial berpeluk mesra, agama dan sains teknologi menafasi cakrawala, filsafat dan makrifat melahirkan peradaban, ekonomi dan ekologi menumbuhkan pohon-pohon peradaban dan merawat semesta, sastra dan seni menjadi cetak-biru dalam memarwahkan kemuliaan manusia.

Hari ini kuucapkan terima kasihku pada Prof. Dr. Soetopo, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Prof. Dr. M. Sardjito, Prof. Dr. Prijono, Prof. Ir. Wreksodhiningrat, Prof. Ir. Harjono, Prof. Sugardo dan Slamet Soetikno, S.H yang menata batu-batu pendidikan dan kebudayaan hingga berdiri Balairung Agung di Kampus Merdeka ini

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Bayi-Bayi Palestina

Halaman:

Editor: Chaidir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x