Baca Juga: Puisi Gus Nas : Makelar Suara
Di Balairung ini kembali kubaca kita-kitab segala bangsa, semua suku dan bahasa, dengan semangat Sumpah Palapa yang pernah dipekikkan oleh Maharesi Gadjah Mada.
Hari ini kubaca kembali Pusaka Sastra Kitab Sutasoma, suara sepuh penuh wibawa dari Mahapujangga Mpu Tantular yang berbunyi “Wan wengi, windu sinunggal, winuwus bhinneka tunggal ika, Tan Hana Dharma Mangrwa! Semangat Sumpah Pemuda yang para empu dan pujangga Pendiri Bangsa!
Kugali sumur tua segala makrifat di dunia lalu kutimba agar semua kemarau dan dahaga sirna, agar yang pongah merendah, agar yang luka terobati, agar yang sakit disembuhkan, dan bunga-bunga yang layu mekar kembali dalam kesegaran dan peluk mesra daulat alam
Di Balairung ini aku berhasrat menjadi sapu yang bukan hanya lidi, mengeja ruang dan waktu, belajar jujur agar tidak takabur, berguru pada sebutir padi agar mengerti mana yang kosong dan mana yang isi, dan mendengar kesiur angin di daun-daun Bodhisattva
Baca Juga: Puisi Gus Nas : Balairung Memanggil
Sesudah bertahun-tahun terpenjara dalam kerangkeng retorika, sibuk merayakan pesta dengan topeng aneka warna, bersolek dengan gemerlap fatwa dan dimabukkan oleh silang-sengkarut politik abrakadabra, kini saatnya aku kembali mengaji sunyi di Balairung ini
Mustahil hidup tanpa cinta, dan haram hukumnya mengingkari rindu pada rahim Ibu Pertiwi
Jika ibumu berkata:
"Kau masih kelas kanak-kanak!"
Maka, segeralah menunduk, lalu ciumlah telapak kaki ibumu
Hasrat menjadi hebat masih membuat kita berlagak, tahta yang tinggi membuat kita jumawa, harta berlimpah menjadikan kita pongah