Lebih amis dari Kurusetra
Tujuh mayat itu ditumpuk di sumur tua
Dalam dendam dan kesumat yang riuh bersenggama
Lebih luka dari perih Kurusetra
Enam Jenderal dibantai hingga meregang nyawa
Di ujung September yang bertajuk kudeta
Tak ada Duryudana
Tak kulihat Guru Drona
Entah dimana Bisma yang Agung itu berada
Lubang Buaya menikam ingatanku dalam kelam dan nista pengkhianat bangsa
Lebih keji dari kisah Mahabharata
Lebih nyeri dari tragedi Yunani
Lubang Buaya tak henti-henti mengibarkan setengah tiang dwi warna
Mengabarkan remuk-redam jiwa bangsa ke cakrawala
Mendung menggelantung di langit Halim
Cuaca penuh caci di mana-mana
Inikah aforisma Angkatan Kelima
Ataukah karma dan samsara dari kamar gelap sebuah bangsa?
Lubang Buaya menggigil dalam pelukan puisiku. ***
Gus Nas Jogja, 30 September 2023