Bersilaturrahmi dengan Wangsa Mataram yang satu ini, jantungku seperti mengisyaratkan ada rahasia yang tertutup rapat di sini
Harum dupa Rara Lembayung tak henti-henti menyapa, mengajakku bertemu dengan pengantinku di masa lalu
Di Masjid Sulthoni kuserahkan maharku, disaksikan Ki Ageng Pemanahan dan Ki Ageng Giring, namamu dan namaku melekat dalam sebilah keris, menjadi pamor kawula-gusti untuk memuliakan cinta dan budi-pekerti
Orang-orang memanggilku Pangeran Purbaya, Ksatria Jawa yang dulu bernama Joko Umbaran, mengalir dalam ilmuku kesaktian Ki Juru Mertani dan kesalehan Sunan Giri
Bintang-gemintang di kegelapan malam senantiasa kubaca dan kucocokkan dengan sidik jariku, tersebut danyang Alas Mentaok yang kujinakkan dengan Rajah Kalacakra dari leluhurku
Siapa melawan siapa, siapa memusuhi siapa, siapa membenci siapa, telah kupetakan dengan Mantra Ajisaka dan Suluk Rumekso Ing Wengi yang diwariskan Kanjeng Sunan Kali
Akulah yang membaiat Sultan Agung menjadi Raja Tanah Jawa, dengan bekal Serat Nitipraja agar siasat politik dijalankan dalam tekad berbudi bawaleksana, dengan acuan nilai Sastra Gendhing agar agama dan kebudayaan sepi ing pamrih rame ing gawe, dengan Sabda Pangracutan agar hidup berujung pada mulat sarira hangrasa wani
Gus Nas Jogja, 29 September 2023