Kuhadiahkan hening ini pada hati
Pada bening embun menjelang pagi
Kucium harum bunga
Rahim duka Ibu Pertiwi
Duka itu terus kudaki
Dengan lidah terpahit di negeri ini
58 tahun sudah berlalu
Badai kebiadaban dan luka bangsa berfoya-foya dimana-mana
Kekuasaan membusuk
Darah bercipratan dari selangkangan negeri yang sedang hamil tua
Kucari asal-muasal marwah
Tapi yang kutemukan hanya belukar sampah
Petir menyambar di langit 30 September
Tahun kelabu 1965 mengharu-biru bait puisiku
Harum bunga itu membangunkan ujung penaku hari ini
Meruncingkan pecahan kaca pada kata-kata
Enam Jenderal itu telah dibunuh
Dikubur dalam satu sumur
Bernama Lubang Buaya
Apakah ini mimpi?
Tidak! Semuanya nyata
Apakah ini puisi?
Bukan! Segalanya perih
Dan luka satu bangsa