Puisi Mustofa W Hasyim
DESK DIY -- Menengok kampung halaman seperti burung kembali ke sarang
tempat telur kesadaran ditetaskan
lewat pengalaman, suka dan duka
senyum dan amarah orang tua
bersumber pada cinta masa depan
rindu musim kerendahan hati
dan kebijaksanaan
walau hadir di balik pintu atau kaca jendela
menyaring hawa panas dari pergaulan.
Pohon pohon masih mewarnai hari dan lorong panjang dengan nyanyian daun dan canda bunga wangi
Matahari masih matahari yang ramah mengiring bocah-bocah berangkat sekolah
Guru masih guru yang terbuka jiwanya dan subur hatinya dengan kasih sayang menyiramkan ilmu dan harapan
Baca Juga: Syawalan, Momentum Konsolidasi Seniman Budayawan dan Sastrawan Yogya
Penjual makanan masih jujur dengan bumbu asli menyehatkan lidah dan badan
Teman teman sekolah walau ada yang nakal semua masih lugu ketika berbicara dan bercerita
Ketika sore hari tetangga menegur anak yang malas mengaji dan memintanya segera mandi
Makan malam masih terasa sebagai makan buah olahan bunda tercinta. Memang kadang ada penjual bakmi lewat di malam hari
Ini bonus di malam libur sekolah
Semua orang yang berusia suka mendongeng, paling tidak bercerita tentang perang melawan penjajah yang ingin kembali berkuasa.
Dada menjadi berdebar dan semangat mengasap di ubun-ubun, seolah olah ada perang lagi sehingga bisa ikut meletupkan senapan
Baca Juga: Rincian Dana Bantuan Keuangan untuk 10 Partai Politik yang Dapat Kursi DPRD DIY
Halaman halaman rumah masih luas, menjadi milik bersama, maka wajar kalau kesadaran yang tumbuh bersayap pengabdian adalah kesadaran menjaga kampung halaman.
Masih ingat pagar dan tembok di keliling kampung
Semua warga saling mengenal dan saling menyapa walau untuk basa basi
Selokan di pinggir kampung masih bersih, di sela sela batu putih bersembunyi belut jenaka, sementara di tikungan dan bawah bendungan kecil ikan ikan berlarian mengitari batang kayu yang hanyut oleh banjir kemarin
Baca Juga: Ada Bantul Inclusive Carnival, Besok Jalan Parangtritis Ditutup. Cek Jalur Alternatifnya
Menengok kampung halaman aku seperti masuk dalam taman kenangan yang penuh bunga dengan rumput halus dan anak serta remaja mulai membangun mimpi masing masing.
Ternyata mimpi mimpi itu masih ada di sana, malu malu sembunyi di balik pagar pohon beluntas atau pohon bunga sepatu
"Kang, kapan datang," seseorang menyapa
Ternyata ia bagian dari mimpi itu.
"Tadi pagi."
"Pasti segera kembali ke tanah rantau."
Aku tidak membalas kata katanya.
"Bosan ya dengan kampung halaman sendiri?"
"Aku selalu merindukan kampung ini."
"Tidak sudi merindukan aku ya?"
Aku hampir pingsan mendengar pertanyaannya. ***
2023