Puisi Gus Nas : Maju-Mundur Demokrasi

20 Desember 2023, 07:46 WIB
Kebebasan adalah anak tangga demokrasi menuju peradaban bangsa /Ilustrasi : Pixabay

DESK DIY - Kebebasan adalah anak tangga demokrasi menuju peradaban bangsa

Tapi kata-kata yang liar tak terpelihara seperti suara jangkrik di gendang telinga, akankah membawa kita pada orkestra?

Kemerdekaan adalah sayap-sayap elang nan indah dan perkasa, yang sekali kepaknya akan mengantarkannya di keluasan cakrawala

Tapi tindakan bar-bar yang tanpa norma dan etika hanya akan menjadikan kemanusiaan bangsa ini nyungsep dalam comberan berikut bau busuknya

Mimpi indah demokrasi adalah kehadiran puisi di muka bumi, kata-kata yang telah sampai pada puncak marwahnya, diksi yang tak terbeli, ilham kecerdasan dan bukan ungkapan klise dan percakapan basa-basi

Maju-mundur demokrasi bukan pada selera politik kaum priyayi, bukan pada syahwat partai, bukan pula pada ambisi oligarki

Vox Populi Vox Dei tak berakar dari pidato para politisi, bukan mobilisasi parlemen jalanan, tapi daulat hati seluruh rakyat untuk memilih takdirnya sendiri

Demokrasi bukan petatah-petitih para penguasa, bukan mimbar bebas penuh anarki, bukan pula amplop-amplop siluman yang bergerak liar dalam serangan fajar

Ibadah demokrasi adalah kesetiaan pada nurani, keringat petani dan air mata nelayan yang dihargai, agama yang bukan lapak jual-beli, tapi cinta Tanah Air berhulu budi-pekerti


Gus Nas Jogja, 20 Desember 2023
----------

Baca Juga: Serial Pak Bei : Ayam Fungsional TelurMOE

Analisis Puisi "Maju-Mundur Demokrasi"

Puisi "Maju-Mundur Demokrasi" karya Gus Nas merupakan refleksi atas kondisi demokrasi di Indonesia saat ini.

Puisi ini menyoroti beberapa aspek penting demokrasi, seperti kebebasan, kemerdekaan, dan kedaulatan rakyat.

Pada bait pertama, penyair membandingkan kebebasan dengan kata-kata yang liar tak terpelihara.

Kebebasan adalah hak dasar manusia, tetapi kebebasan yang tidak bertanggung jawab dapat menjadi bumerang bagi demokrasi.

Pada bait kedua, penyair membandingkan kemerdekaan dengan tindakan bar-bar yang tanpa norma dan etika.

Kemerdekaan adalah hak yang harus diperjuangkan, tetapi kemerdekaan yang tidak diimbangi dengan tanggung jawab dapat menjadi bencana bagi kemanusiaan.

Pada bait ketiga, penyair membayangkan demokrasi sebagai mimpi indah yang indah dan perkasa.

Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang ideal, tetapi demokrasi yang tidak diwujudkan dengan baik hanya akan menjadi mimpi di siang bolong.

Pada bait keempat, penyair menegaskan bahwa maju-mundurnya demokrasi bukan ditentukan oleh selera politik, syahwat partai, atau ambisi oligarki.

Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang harus berakar pada kedaulatan rakyat.

Pada bait kelima, penyair menegaskan bahwa demokrasi bukanlah pidato para politisi, mobilisasi parlemen jalanan, atau amplop-amplop siluman.

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Astana Girilayu, Ziarah ke Padepokan Wedhatama

Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang harus berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan.

Pada bait keenam, penyair mengemukakan bahwa ibadah demokrasi adalah kesetiaan pada nurani, penghargaan terhadap keringat petani dan air mata nelayan, serta cinta Tanah Air yang berhulu budi-pekerti.

Demokrasi bukanlah ritual yang dilakukan secara formalistik, tetapi adalah komitmen untuk mewujudkan cita-cita kemanusiaan.

Secara keseluruhan, puisi "Maju-Mundur
Demokrasi" merupakan kritikan terhadap kondisi demokrasi di Indonesia saat ini.

Penyair mengajak kita untuk merenungkan kembali makna demokrasi dan bagaimana kita dapat mewujudkan demokrasi yang ideal.

Berikut adalah beberapa poin penting yang dapat digarisbawahi dari puisi tersebut:

Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang ideal, tetapi demokrasi yang tidak diwujudkan dengan baik hanya akan menjadi mimpi di siang bolong.

Baca Juga: Dianggap Tidak Jelas, Hakim Tolak Gugatan Praperadilan Eks Ketua KPK Firli

Maju-mundurnya demokrasi bukan ditentukan oleh selera politik, syahwat partai, atau ambisi oligarki.

Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang harus berakar pada kedaulatan rakyat.

Demokrasi bukanlah pidato para politisi, mobilisasi parlemen jalanan, atau amplop-amplop siluman.

Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang harus berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan.

Ibadah demokrasi adalah kesetiaan pada nurani, penghargaan terhadap keringat petani dan air mata nelayan, serta cinta Tanah Air yang berhulu budi-pekerti. (AI) ***

Editor: Chaidir

Tags

Terkini

Terpopuler