Pendusta Bangsa dan Negara adalah Pendusta Pancasila

- 4 Juni 2023, 09:41 WIB
Mendustakan, merongrong, dan mengkhianati Pancasila membahayakan NKRI.
Mendustakan, merongrong, dan mengkhianati Pancasila membahayakan NKRI. /Ilustrasi : Pixabay

"Sebagaimana sindiran Allah SWT tadi, bahwa ternyata ada orang yang sholatnya hanya riya', alias pamer. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini pun ternyata sama saja adanya. Banyak orang, pejabat, birokrat, politisi, penegak hukum, dan aparatur negara yang bicaranya seolah paling Pancasilais, paling pro-kebhinekaan, dan paling cinta NKRI. Tetapi kita saksikan setiap hari, betapa perilaku mereka kadang sangat jauh dari nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila," pidato khatib terdengar layaknya seorang jurkam menjelang Pemilu.

"Kita rasakan betapa banyak kebijakan Pemerintah yang justru berpotensi merugikan rakyat. Kita saksikan betapa setiap hari ada saja pejabat, politisi, dan penegak hukum menjadi pesakitan karena korupsi uang rakyat bertrilyun-trilyun. Kita saksikan betapa banyak keluarga pejabat tinggi memamerkan hidupnya yang bermewah-mewah, hedonis, dan itu jelas melukai rasa keadilan rakyat yang nasibnya kurang beruntung. Kita juga mendengar betapa hutang luar negeri kita semakin menggunung, dan itu berarti anak, cucu, dan cicit kita yang kelak harus membayarnya."

Baca Juga: Istimewanya Emirates Airbus A380, Pesawat Komersial Terbesar di Dunia Rute Dubai-Denpasar-Dubai

Semua wajah jamaah memandang wajah khatib. Tampak satu-dua mengangguk-angguk tanda setuju. Sebagian lainnya tampak tidak berkedip, mencoba merasakan, beepikir, berusaha memahami isi khotbah Kang Narjo.

"Jamaah yang dimuliakan Allah SWT," khotib melanjutkan khotbahnya, "Kalau kita mau jujur, semua perilaku dan kejadian itu jelas bertentangan dengan Pancasila, dari pasal 1 hingga 5. Bila pasal Ketuhanan Yang Maha Esa sudah dilanggar, tentu dilanggar pula pasal Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Orang menjadi tidak adil hati dan pikirannya, dan tidak beradab perilakunya. Bila pasal 1 dan 2 dilanggar, maka jelas mengancam sila ke-3, mengancam Persatuan Indonesia.

Bila pasal 1 sampai 3 sudah dilanggar, maka pasti Permusyawaratan yang terjadi di Gedung Dewan dan Lembaga Tinggi Negara bukan lagi dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Maka, cita-cita kemerdekaan RI, yakni Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, tidak bisa terwujud. Itulah Pendusta Pancasila. Itulah Pengkhianat Negara yang sesungguhnya."

Baca Juga: Presiden Jokowi Resmikan Jembatan Kretek 2: Dorong Konektivitas Jalan di Pulau Jawa

Pak Bei tidak menyangka seberani itu Kang Narjo memilih tema khotbahnya. Bagi jamaah yang beku hatinya, itu bisa dianggap memprovokasi jamaah. Bagi yang lembut hatinya, itu khotbah yang bagus dan penting untuk mengubah mindset dan perilaku jamaah. Sayangnya khotbah itu hanya disampaikan oleh seorang khatib kampung dan di mesjid kampungnya sendiri, bukan di masjid Istiqlal, Al-Azhar, atau masjid di kompleks DPR dan Kementerian di ibukota sana.

"Tapi bolehlah pilihan tema khotbah Kang Narjo, kontekstual dengan suasana peringatan Hari Lahir Pancasila," Pak Bei diam-diam salut dan terkesan dengan sahabatnya. ***

 

Halaman:

Editor: Mustofa W Hasyim


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x