Belajar dari Mubaligh Laris Selama Ramadhan

31 Maret 2023, 16:20 WIB
Almarhum Ahmad Adaby Darban (atas) dan almarhum Daliso Rudianto /Foto : Dokumen

DESK DIY -- Bagi mubaligh yang telah memilih jalan dakwah sebagai jalan hidupnya tidak pernah menolak permintaan jamaah pengajian dari manapun datangnya. Lebih-lebih di saat bulan suci Ramadhan tiba. Kalender di rumah dia hampir dipastikan penuh dengan garis bundar yang mengelilingi sebuah tanggal.

Ini artinya pada tanggal tersebut dia mengisi pengajian di suatu tempat. Tidak jarang di bulan Ramadhan ada tanggal yang diberi bundaran tiga garis. Artinya pada tanggal itu dia mengisi pengajian menjelang berbuka puasa di suatu tempat, mengisi pengajian menjelang shalat tarawih dan memberi pengajian bakda Subuh di tempat lain. Kalau hari Ahad masih ditambah dengan menjadi narasumber dialog Ramadhan.

Terus kapan dia bisa berbuka puasa bersama keluarga?

Biasanya dipilih hari atau tanggal istimewa. Yaitu saat semua anggota keluarga punya waktu luang.

Baca Juga: Momen Bersejarah di Arab Saudi, Sepak Bola Wanita Semakin Berkembang

Biasanya, dan banyak terjadi, seorang mubaligh punya anggota keluarga yang juga aktivis dakwah. Isterinya, seorang mubalighot, anaknya aktivis organisasi keagamaan di kampus atau di kampung. Jarang ada di rumah.

Para panitia Ramadhan biasanya memahami kondisi dan kesibukan keluarga mubaligh ini. Jauh jauh hari, sebulan dua bulan menjelang Ramadhan mereka telah memesan tanggal kepada mubaligh. Mereka harus berkompromi dengan pemesan tanggal dari panitia Ramadhan lain agar waktu mengisi pengajian tidak bersamaan.

Kiat pencari guru ngaji, dengan membawa data pengisi pengajian dan tanggalnya adalah tetap mencari peluang kapan mubaligh pilihan jamaahnya bisa hadir di masjid, musholla atau kampusnya. Kalau jadwal mengisi ceramah sebelum tarawih sudah penuh maka pencari guru ngaji itu menawar untuk menjadi pengisi pengajian bakda Subuh atau menjelang berbuka puasa.

Baca Juga: Gamis Turki Paling Banyak Diburu Jelang Lebaran

Seorang aktivis dakwah yang juga dosen di kampus terkenal, serta aktif di organisasi keagamaan sejak muda bernama Kang Ahmad Adaby Darban semasa hidupnya pernah menuturkan pengalaman dan kesibukannya dalam berdakwah. " Saya waktu masih relatif muda dan kuat badan saya pernah dalam sebulan mengisi pengajian lebih dari tujuh puluh kali ditambah menjadi narasumber dialog empat kali," katanya.

Di waktu muda dia aktif di Pelajar Islam Indonesia dan dia punya jaringan silaturahmi Keluarga Besar PII di banyak kota. Ini yang memberi kesempatan untuk sering berdakwah di luar kota.

Di masa dewasa dia menjadi penasihat Tapak Suci dan aktif di Muhammadiyah di Majelis Pustaka PP Muhammadiyah. Permintaan menjadi mubaligh di luar pun, sepanjang masih ada slot waktu, tidak dia tolak.

Baca Juga: Ketua DK LPS : Perbankan Global Terguncang, Perbankan Nasional Tetap Stabil

"Apa tidak lelah Kang kalau di bulan Ramadhan sesibuk itu?"

Jawabnya,"Ini ladang amal dan sudah merupakan panggilan hidup saya. Memang kadang terasa lelah. Saya merasa beruntung keluarga pengertian dan mendapatkan dukungan".

Dia memang lahir dari keluarga mubaligh di kampung santri Kauman Yogyakarta. Kesibukan di bulan Ramadhan sebagai mubaligh, juga di bulan lain. Kalau di bulan Syawal, dia banyak diminta untuk mengisi acara Syawalan. Materi pengajian biasanya tentang seluk beluk tradisi Syawalan.

Kemudian, ada pengalaman yang unik dari mubaligh yang lain. Kalau yang ini sehari hari bekerja sebagai notaris kondang. H Daliso Rudianto SH. Disiplin ilmu yang dipelajari adalah ilmu hukum agraria yang dia dapat dari kampusnya Universitas Islam Indonesia.

Baca Juga: Argentina Gantikan Indonesia sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U 20 Tahun 2023

Ilmu yang lain yang dimiliki adalah ilmu organisasi dan ilmu agama yang dia dapat dari guru-gurunya di Muhammadiyah. Uniknya dia pernah dipercaya menjadi ketua sebuah organisasi tenaga dalam. Maklum, dia lahir di lingkungan yang banyak melahirkan para pendekar, Warungboto.

Dengan bekal berbagai ilmu itu dia di masa muda sering berdakwah di kota-kota luar Yogyakarta, dan di waktu dewasa dia diminta mengisi pengajian di kampung dan di desa. Termasuk kalau bulan Ramadhan.

Saat panitia Ramadhan atau panitia pengajian datang ke kantor atau ke rumahnya dia selalu bertanya mencari data sosial masyarakat lokasi pengajian.

Baca Juga: Gibran : Tunggu, Akan Ada Ajang Sepakbola Internasional Pengganti Piala Dunia U 20

Kebiasaan mencari data latar belakang masyarakat yang akan dia datangi mereka kebiasaan saat bekerja sebagai notaris. Data klien dia tanyakan.
Kadang dia bertanya pada panitia pengajian, apa di tempat itu sudah punya sound system? Kalau belum, Pak Daliso melarang panitia pengajian menyewa sound sistem. "Saya akan membawa sendiri," katanya.

Dia datang ke tempat pengajian sendiri karena tidak mau dijemput. Dia datang dengan menyopir sendiri mobil yang diisi dengan peralatan sound system portabel, wireless. Dengan baterai baru. Sehabis mengisi pengajian yang menggembirakan hadirin dia kemudian bilang akan menyumbangkan alat sound system portabel itu ke takmir masjid atau panitia pengajian.

"Mau nggak saya sumbang sound system?" Tanya dia bercanda.
Tentu saja jamaah pengajian menjawab dengan suara koor,"Mauuu!"

Baca Juga: Fried Chicken Bumbu Resap Khas Kauman Ramaikan Pasar Ramadhan

Sebagai notaris yang mubaligh ketika diminta membuat akte notaris yayasan dakwah di desa-desa dia sering menggratiskan ongkosnya. Hubungan dia dengan pihak yayasan menjadi dekat dan dia pun sering diminta mengisi pengajian di tempat itu.

Kadang sebagai mubaligh dia harus sabar. Di sebuah kampung dia diminta mengisi pengajian. Ketika di tempat transit sebelum pengajian dimulai ia malah diceramahi oleh tuan rumah.

"Begini lho Pak. Nanti kalau memberi pengajian jangan sekali-sekali memarahi orang kampung ini. Maklum kampung dulu penghuninya kan dikenal sebagai orang kurang baik. Mereka sekarang sudah insyaf Pak, mau beribadah di masjid dan mau datang ke pengajian. Hati mereka lembut dan perasa. Kalau mereka bapak marahi dan bapak salah-salahkan, bisa bubar jamaah masjid kami ini".

Baca Juga: PSI : Penolak Kehadiran Timnas Israel di Piala Dunia U 20 Bukan Suara Resmi Indonesia

Mendengar ceramah dari tuan rumah Pak Daliso mengangguk mengiyakan. Dia memahami kondisi sosial masyarakat itu berkat ceramah tuan rumah.

Pengajian malam itu pun berlangsung gayeng, lancar, segar. Jamaah pengajian makin mantap agama karena diajak berdialog dalam suasana menggembirakan. Yang disampaikan Pak Daliso masalah agama yang ringan ringan saja. Enteng entengan, istilahnya Pak AR Fakhruddin. Tuan rumah pengajian mengucapkan terimakasih karena Jamaahnya justru makin mantap dan bersemangat ke masjid. ***

Editor: Mustofa W Hasyim

Tags

Terkini

Terpopuler