Beragam tradisi dan praktik budaya Jawa, baik dalam pemerintahan, hukum adat, seni, sastra, festival, dan ritual, masih dilakukan di sekitar kawasan Sumbu Filosofi pada khususnya dan di Yogyakarta pada umumnya. Ini juga merupakan bukti akan peradaban Jawa dan tradisi budayanya yang masih terus dilestarikan sampai sekarang.
Baca Juga: IIQ An Nur Yogyakarta Cetak 167 Wisudawan Qur'ani
Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi, yang juga menjadi delegasi Pemda DIY dalam sidang tersebut bersama Sekretaris Daerah DIY Beny Suharsono, Kepala DPMPTSP DIY Agus Priono, akademisi Universitas Gadjah Mada, Daud Aris Tanudirjo, Kepala Balai Pengelolaan Sumbu Filosofi Yogyakarta Dwi Agung Hernanto, dan perwakilan dari Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Pemda DIY berharap penetapan Sumbu Filosofi sebagai warisan dunia ini akan memberikan dorongan semangat bagi seluruh pemangku kepentingan, tidak hanya di DIY tetapi juga di seluruh Indonesia, untuk bersama-sama melestarikan warisan budaya dan cagar budaya yang dimiliki. “Kami berharap penetapan ini dapat dijadikan ajang pembelajaran serta salah satu referensi dan inspirasi bersama akan nilai-nilai universal yang diperlukan untuk menciptakan dunia yang lebih baik di masa depan,” ujar Dian Lakshmi Pratiwi.
Sebelum pada akhirnya dinominasikan dan ditetapkan sebagai warisan dunia dalam sidang Komisi Warisan Dunia UNESCO, situs-situs warisan budaya telah melalui proses seleksi yang panjang.
Baca Juga: Polda DIY Fasilitasi Penyandang Disabilitas Bikin SIM
Sidang Komisi Warisan Dunia UNESCO dilakukan pertama kali pada tahun 1972 dan bertujuan untuk mempromosikan kerja sama antar negara untuk melindungi warisan budaya dan alam dari seluruh dunia yang memiliki Nilai Universal yang Luar Biasa (Outstanding Universal Values) sehingga konservasinya penting bagi generasi sekarang dan yang akan datang.***