Demokrasi, Belimbing Sayur dan Matinya Oposisi: Sebuah Renungan

- 7 Februari 2024, 19:12 WIB
Demokrasi, dalam imajinasi liar seorang penyair, bagaikan belimbing sayur: memiliki rasa manis dan asam.
Demokrasi, dalam imajinasi liar seorang penyair, bagaikan belimbing sayur: memiliki rasa manis dan asam. /Ilustrasi : Pixabay


Esei Gus Nas Jogja

Demokrasi, dalam imajinasi liar seorang penyair, bagaikan belimbing sayur: memiliki rasa manis dan asam.

Manisnya terasa ketika rakyat dapat memilih pemimpinnya, menyuarakan pendapatnya, dan menikmati hak-haknya.

Asamnya muncul ketika demokrasi diwarnai dengan korupsi, nepotisme, dan lemahnya oposisi.

Demokrasi bagaikan belimbing sayur hanyalah diksi puisi. Ia idealnya memiliki rasa asam manis yang seimbang. Asam mewakili suara kritis dan manis mewakili suara pro-pemerintah.

Keseimbangan ini penting untuk menjaga kesehatan demokrasi.

Baca Juga: Lezatnya Ayam Pop Bikin Ketagihan. Ini Resep Rahasianya

Namun, saat ini kita melihat fenomena "matinya oposisi". Suara kritis semakin membisu, bukan karena dibungkan oleh represi kekuasaan, melainkan kepuasan rakyat dan suara pro-pemerintah mendominasi. Hal ini membuat demokrasi bagaikan belimbing sayur yang kehilangan rasa asamnya.

Analogi belimbing sayur hanya sebagai ilustrasi dan tidak dimaksudkan untuk mereduksi kompleksitas demokrasi.

Di Indonesia, demokrasi masih terus berkembang. Kita telah merasakan manisnya demokrasi, seperti pemilihan umum yang bebas dan adil, serta kebebasan pers. Namun, rasa asamnya pun masih terasa, seperti maraknya korupsi, politik uang, dan lemahnya oposisi.

Oposisi, bagaikan garam dalam masakan, memberikan rasa dan keseimbangan dalam demokrasi. Oposisi yang kuat dan kritis akan mendorong pemerintah untuk menjalankan tugasnya dengan baik. Oposisi juga akan menjadi wadah bagi rakyat untuk menyuarakan kritik dan aspirasinya.

Baca Juga: Sensasi Rasa Gudeg Basah dan Gudeg Kering. Catat Resepnya

Namun, belakangan ini, oposisi di Indonesia seperti mati suri. Suara-suara kritisnya semakin jarang terdengar. Hal ini tentu saja mengkhawatirkan, karena demokrasi tanpa oposisi yang kuat akan menjadi demokrasi yang timpang.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan matinya oposisi di Indonesia, di antaranya:

Keterpecahan internal oposisi

Oposisi di Indonesia sering kali terpecah belah oleh perbedaan ideologi, kepentingan pribadi, dan ambisi politik.

Lemahnya partai oposisi

Kurangnya soliditas, ideologi, dan strategi yang efektif membuat oposisi tidak mampu memainkan peran yang optimal.

Apatisme masyarakat

Masyarakat semakin acuh tak acuh terhadap politik, sehingga tidak memberikan tekanan pada pemerintah untuk menjalankan demokrasi yang sehat.

Lemahnya dukungan rakyat

Rakyat Indonesia masih banyak yang apatis terhadap politik dan tidak tertarik dengan kegiatan oposisi.

Matinya oposisi adalah ancaman bagi demokrasi di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk membangkitkan kembali oposisi.

Demokrasi yang sehat membutuhkan keseimbangan antara suara pro-pemerintah dan suara kritis. Matinya oposisi adalah ancaman bagi demokrasi dan harus segera diatasi.

Baca Juga: Sensasi Rasa Gudeg Basah dan Gudeg Kering. Catat Resepnya

Jika bangsa ini larut dalam cangkir kopi pahit demokrasi, maka akan berdampak negatif sebagai berikut:

1. Ketidakseimbangan

Suara kritis yang terbungkam membuat pemerintah kehilangan masukan penting dan berpotensi terjebak dalam kesombongan.

2. Korupsi

Kurangnya kontrol dari oposisi membuka peluang bagi maraknya mark up, korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.

3. Ketidakpercayaan rakyat

Masyarakat kehilangan gairah pada politik, dan kepercayaan terhadap pemerintah dan demokrasi berbuah apatis.

Situasi demokrasi di Indonesia perlu dikaji lebih lanjut dengan mempertimbangkan berbagai faktor dan perspektif.

Demokrasi yang sehat membutuhkan keseimbangan antara suara pro-pemerintah dan suara kritis. Matinya oposisi adalah ancaman bagi demokrasi dan harus segera diatasi.

Matinya oposisi adalah ancaman bagi demokrasi di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk membangkitkan kembali oposisi, di antaranya:

1. Penguatan oposisi

Oposisi perlu bersatu dan memperkuat diri dengan ideologi dan strategi yang efektif.

Memperkuat internal oposisi. Oposisi perlu bersatu dan membangun platform yang kuat untuk menarik dukungan rakyat.

2. Partisipasi masyarakat

Masyarakat perlu aktif dalam politik dan memberikan tekanan pada pemerintah untuk menjalankan demokrasi yang sehat.

Meningkatkan kesadaran rakyat. Rakyat perlu didorong untuk lebih kritis terhadap pemerintah dan aktif dalam kegiatan politik.

Baca Juga: Libur Panjang di Yogyakarta Kerap Ada Aksi Tarif 'Nuthuk' oleh Oknum Juru Parkir

3. Penegakan hukum

Penegakan hukum yang adil dan transparan harus ditegakkan untuk melindungi oposisi dan mencegah represi.

Memperkuat demokrasi. Demokrasi yang kuat akan memberikan ruang bagi oposisi untuk berkembang.

Referensi: dari berbagai sumber

Beberapa pertanyaan untuk renungan:

Apa saja contoh manis dan asamnya demokrasi di Indonesia?

Mengapa oposisi penting dalam demokrasi?

Apa saja faktor yang menyebabkan matinya oposisi di Indonesia?

Apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk membangkitkan kembali oposisi di Indonesia? ***

Editor: Chaidir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x