Hal ini digambarkan melalui metafora "angin surga" yang berhembus "dari ketiak ke ketiak".
Angin surga dalam konteks ini dapat diartikan sebagai nilai-nilai kebaikan dan kebenaran.
Namun, nilai-nilai ini tidak lagi dihargai dan dijunjung tinggi oleh masyarakat.
Gus Nas kemudian menggambarkan bagaimana masyarakat menjadi acuh tak acuh terhadap krisis etika ini.
Mereka lebih memilih untuk tidur panjang dan tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya.
Hal ini digambarkan melalui frasa "terbangun dari tidur panjang" dan "kesiangan menyaksikan pahlawan gadungan".
Pada bait terakhir, Gus Nas mempertanyakan moralitas para penguasa. Ia bertanya-tanya apakah ini cara yang pantas untuk menjadi penguasa.
Gus Nas menyiratkan bahwa para penguasa telah kehilangan etika dan moralitas mereka.
Mereka hanya mementingkan kepentingan pribadi dan tidak peduli dengan kesejahteraan rakyat.
Baca Juga: Puisi Gus Nas : Tupai