Baca Juga: Puisi Gus Nas : Tuhan Tak Pernah Cuci Tangan
Frasa ini menggambarkan harapan penyair agar demokrasi di Indonesia bisa menjadi sarana bagi rakyat untuk menyuarakan aspirasinya dan membangun Indonesia yang lebih baik.
Secara keseluruhan, puisi "Makelar Suara" merupakan kritik sosial yang tajam terhadap kondisi demokrasi di Indonesia.
Puisi ini mengingatkan kita agar tidak mudah tertipu oleh praktik politik yang korup dan manipulatif.
Baca Juga: Puisi Gus Nas : Tulang Belulang Guru
Diksi Pemihakan
Puisi "Makelar Suara" karya Gus Nas Jogja ini merupakan kritik terhadap praktik politik transaksional yang marak terjadi di Indonesia.
Puisi ini menggambarkan bagaimana demokrasi menjadi tempat bagi para makelar suara untuk memperjualbelikan suara rakyat dengan uang.
Pada bait pertama, puisi ini menggambarkan suasana demokrasi yang busuk dan korup.
Bau busuk menendang hidung menggambarkan bagaimana praktik politik transaksional telah meracuni demokrasi.