Hal ini menunjukkan bahwa bayi-bayi tersebut tidak memahami mengapa mereka harus mengalami penderitaan di dunia.
Mereka hanya ingin hidup dengan damai dan bahagia.
Selanjutnya, puisi ini menggambarkan bagaimana bayi-bayi Palestina harus hidup dalam reruntuhan dan kekurangan.
Mereka kehilangan masa kecilnya, disuapi pecahan roket dan rentetan desing peluru.
Dalam bait keempat, puisi ini menanyakan apakah dunia memiliki mata dan telinga untuk melihat dan mendengar penderitaan bayi-bayi Palestina.
Hal ini menunjukkan bahwa penderitaan bayi-bayi Palestina telah menjadi perhatian dunia, tetapi dunia masih belum berbuat banyak untuk membantu mereka.
Pada bait kelima, puisi ini menggambarkan bagaimana bayi-bayi Palestina telah hidup dalam penderitaan sejak dalam kandungan.
Mereka sudah terbiasa dengan kematian, kelaparan, dan dahaga.
Bait keenam dan ketujuh menggambarkan bagaimana duka dan sedih yang dialami oleh bayi-bayi Palestina tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.