Puisi Gus Nas : Membelah Subuh

- 8 November 2023, 07:15 WIB
Rembulan subuh.
Rembulan subuh. /Ilustrasi : pixabay/jplenio

DESK DIY -- Sesudah kantuk menyisakan remuk                                                           Kubelah subuh dengan kapak rindu           Gelap yang dirahasiakan oleh rembulan kini telah kubuka dengan sebilah puisi                Doa-doaku mewangi dan memarwahkan kilauan cahaya                                                Masih adakah sesudah subuh jalan yang harus kutempuh?

Sebutir embun jatuh di kuncup bunga kemuning
Kudengar suara tilawah ribuan serangga
Kokok ayam jantan seakan membaca pantun
Dan sinar matahari yang sebentar lagi berbagi

Bukankah takdir telah mengirim kabar padamu
Bahwa subuh dan rindu saat bertemu akan lahir bait-bait puisi?


Gus Nas Jogja, 8 November 2023
--------

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Berjihad di Palestina

Puisi berjudul "Membelah Subuh" karya Gus Nas Jogja ini menggambarkan suasana subuh yang penuh kedamaian dan ketenangan.

Suasana ini digambarkan dengan kata-kata yang puitis dan penuh makna.

Pada bait pertama, penyair menggambarkan suasana subuh yang masih remang-remang.

Suasana ini digambarkan dengan kata "remuk" yang berarti hancur dan berantakan.

Penyair kemudian menggambarkan dirinya yang memecah subuh dengan "kapak rindu".

Makna dari "kapak rindu" ini dapat diartikan sebagai semangat dan tekad yang kuat untuk menjalani hari baru.

Pada bait kedua, penyair menggambarkan suasana subuh yang semakin terang.

Suasana ini digambarkan dengan kata "kilauan cahaya".

Penyair kemudian menggambarkan doa-doanya yang mewangi dan memarwahkan kilauan cahaya.

Makna dari doa-doa yang mewangi dan memarwahkan kilauan cahaya ini dapat diartikan sebagai doa-doa yang tulus dan suci.

Pada bait ketiga, penyair mempertanyakan apakah masih adakah jalan yang harus ditempuh setelah subuh.

Baca Juga: Puisi Gus Nas : PIlpres

Pertanyaan ini dapat diartikan sebagai pertanyaan tentang tujuan hidup.

Pada bait keempat, penyair menggambarkan suasana subuh yang semakin indah.

Suasana ini digambarkan dengan kata-kata seperti "embun", "tilawah", "pantun", dan "sinar matahari".

Makna dari bait ini adalah bahwa subuh adalah waktu yang tepat untuk merenungkan hidup dan mensyukuri nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.

Pada bait kelima, penyair menyimpulkan bahwa subuh dan rindu adalah dua hal yang saling berkaitan.

Ketika subuh dan rindu bertemu, maka akan lahir bait-bait puisi.

Makna dari bait ini adalah bahwa subuh adalah waktu yang tepat untuk mengungkapkan rasa rindu kepada Allah SWT.

Secara keseluruhan, puisi "Membelah Subuh" merupakan puisi yang indah dan bermakna.

Puisi ini menggambarkan keindahan dan kedamaian subuh serta makna subuh dalam kehidupan manusia.

Sesudah kantuk menyisakan remuk
Kubelah subuh dengan kapak rindu

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Pangan

Analisis:

Baris pertama dan kedua menggambarkan kondisi seseorang yang baru saja bangun dari tidurnya.

Rasa kantuk yang menyisakan remuk di tubuh dan pikiran, membuat orang tersebut merasa tidak semangat untuk memulai hari.

Namun, ia tetap bertekad untuk memulai hari dengan semangat, dengan membelah subuh dengan kapak rindu.

Gelap yang dirahasiakan oleh rembulan kini telah kubuka dengan sebilah puisi

Analisis:

Baris ketiga menggambarkan simbolisasi antara gelapnya malam dan remuknya hati.

Rembulan yang melambangkan harapan, tidak mampu menghilangkan gelapnya malam, sehingga hati tetap terasa remuk.

Namun, dengan puisi, seseorang dapat membuka gelapnya malam dan remuknya hati.

Puisi dapat menjadi media untuk mengungkapkan perasaan, harapan, dan impian.

Doa-doaku mewangi dan memarwahkan kilauan cahaya

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Menjelang 30 September

Analisis:

Baris keempat menggambarkan doa-doa yang dipanjatkan seseorang saat subuh.

Doa-doa tersebut diharapkan dapat mewangi dan memarwahkan kilauan cahaya.

Doa-doa dapat menjadi sumber kekuatan dan harapan bagi seseorang.

Masih adakah sesudah subuh jalan yang harus kutempuh?

Analisis:

Baris kelima merupakan pertanyaan refleksi diri.

Sang penyair bertanya-tanya apakah masih ada jalan yang harus ditempuh setelah subuh.

Apakah ia harus terus berusaha untuk mewujudkan harapannya?

Sebutir embun jatuh di kuncup bunga kemuning

Analisis:

Baris keenam menggambarkan keindahan alam yang menyambut subuh.

Embun yang jatuh di kuncup bunga kemuning, menggambarkan kesegaran dan keceriaan.

Kudengar suara tilawah ribuan serangga

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Masjid Gede, Jogja

Analisis:

Baris ketujuh menggambarkan suara-suara alam yang menyambut subuh.

Suara tilawah ribuan serangga, menggambarkan keindahan dan kedamaian.

Kokok ayam jantan seakan membaca pantun

Analisis:

Baris kedelapan menggambarkan suara kokok ayam jantan yang menyambut subuh.

Suara kokok ayam jantan, menggambarkan semangat dan keceriaan.

Dan sinar matahari yang sebentar lagi berbagi

Analisis:

Baris kesembilan menggambarkan sinar matahari yang sebentar lagi menyinari bumi.

Sinar matahari, menggambarkan harapan dan kebahagiaan.

Bukankah takdir telah mengirim kabar padamu

Analisis:

Baris kesepuluh merupakan pertanyaan yang ditujukan kepada seseorang yang dicintai.

Pertanyaan tersebut menggambarkan harapan bahwa takdir telah mempertemukan seseorang dengan orang yang dicintainya.

Bahwa subuh dan rindu saat bertemu akan lahir bait-bait puisi?

Analisis:

Baris terakhir menggambarkan keyakinan bahwa subuh dan rindu, saat bertemu akan melahirkan bait-bait puisi.

Puisi merupakan media untuk mengungkapkan perasaan, termasuk perasaan cinta dan rindu.

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Mahalul Qiyam

Pembahasan:

Secara keseluruhan, puisi "Membelah Subuh" menggambarkan keindahan dan kedamaian subuh.

Puisi ini juga menggambarkan harapan dan impian seseorang, serta keyakinan bahwa takdir telah mempertemukannya dengan orang yang dicintai.

Puisi ini menggunakan diksi yang indah dan puitis. Pemilihan kata-katanya tepat dan menggambarkan makna yang ingin disampaikan.

Selain itu, puisi ini juga menggunakan gaya bahasa yang menarik, seperti metafora, personifikasi, dan asosiasi.

Puisi ini dapat menjadi inspirasi bagi pembaca untuk memulai hari dengan semangat dan harapan.

Puisi ini juga dapat menjadi media untuk mengungkapkan perasaan cinta dan rindu.

Sesudah kantuk menyisakan remuk

Baris pertama ini menggambarkan kondisi si penyair yang baru saja bangun dari tidurnya.

Kantuk yang menyisakan remuk menyiratkan bahwa sang penyair telah melalui malam yang panjang dan penuh kelelahan.

Kubelah subuh dengan kapak rindu

Baris kedua ini menggambarkan bagaimana sang penyair memulai hari barunya. Ia memecahkan kesunyian subuh dengan kapak rindu.

Kapak rindu di sini bisa diartikan sebagai semangat dan motivasi yang muncul dari dalam diri si penyair.

Gelap yang dirahasiakan oleh rembulan kini telah kubuka dengan sebilah puisi

Baris ketiga ini menggambarkan bagaimana si penyair telah membuka tabir kegelapan subuh.

Tabir kegelapan ini bisa diartikan sebagai tantangan dan rintangan yang harus dihadapi dalam hidup.

Sang penyair membuka tabir kegelapan ini dengan sebilah puisi.

Puisi di sini bisa diartikan sebagai kekuatan dan keindahan yang mampu menyinari kegelapan.

Doa-doaku mewangi dan memarwahkan kilauan cahaya

Baris keempat ini menggambarkan bagaimana doa-doa si penyair mampu memberikan pencerahan dan harapan.

Doa-doa ini mewangi dan memarwahkan kilauan cahaya, yang berarti mampu memberikan ketenangan dan kebahagiaan.

Masih adakah sesudah subuh jalan yang harus kutempuh?

Baris kelima ini merupakan pertanyaan yang muncul dari si penyair.

Pertanyaan ini menunjukkan bahwa si penyair masih memiliki tujuan dan cita-cita yang ingin dicapai.

Sebutir embun jatuh di kuncup bunga kemuning

Baris keenam ini menggambarkan keindahan alam yang si penyair saksikan saat subuh.

Embun yang jatuh di kuncup bunga kemuning merupakan simbol dari kemurnian dan keindahan.

Kudengar suara tilawah ribuan serangga

Baris ketujuh ini menggambarkan suara alam yang menenangkan hati.

Suara tilawah ribuan serangga merupakan simbol dari kedamaian dan ketenangan.

Kokok ayam jantan seakan membaca pantun

Baris kedelapan ini menggambarkan suara ayam jantan yang membangunkan orang-orang untuk melaksanakan salat subuh.

Suara ayam jantan seakan membaca pantun, yang berarti mengandung pesan yang indah.

Dan sinar matahari yang sebentar lagi berbagi

Baris kesembilan ini menggambarkan terbitnya matahari yang menandakan dimulainya hari baru.

Sinar matahari yang sebentar lagi berbagi merupakan simbol dari harapan dan semangat.

Bukankah takdir telah mengirim kabar padamu

Baris kesepuluh ini merupakan pertanyaan retoris yang menunjukkan keyakinan sang penyair akan takdir.

Sang penyair yakin bahwa takdir telah mengirimkan kabar tentang pertemuan antara subuh dan rindu.

Bahwa subuh dan rindu saat bertemu akan lahir bait-bait puisi?

Baris kesebelas ini merupakan jawaban dari pertanyaan retoris sebelumnya.

Sang penyair yakin bahwa pertemuan antara subuh dan rindu akan melahirkan karya-karya seni yang indah, seperti bait-bait puisi.

Secara keseluruhan, puisi "Membelah Subuh" karya Gus Nas Jogja merupakan puisi yang indah dan penuh makna.

Puisi ini menggambarkan perjalanan hidup seseorang yang dimulai dari subuh.

Subuh merupakan simbol dari awal yang baru, dan perjalanan hidup seseorang akan dipenuhi dengan tantangan dan rintangan.

Namun, dengan semangat dan motivasi yang muncul dari dalam diri, seseorang akan mampu menghadapi tantangan dan rintangan tersebut.

Puisi ini juga menggambarkan keindahan alam yang mampu memberikan ketenangan dan harapan. ***

Editor: Chaidir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah