Puisi Gus Nas : Reportase Kaum Garangan. Kepada Gus Iqdam

8 Desember 2023, 12:55 WIB
Di jalanan terjal hidup dan mati, berkelok-kelok kepalsuan dan kemunafikan, titian serambut dibelah tujuh itu bernama taubat. /Ilustrasi Pixabay.


DESK DIY - Bahkan para garangan pun punya hak untuk insyaf.

Di jalanan terjal hidup dan mati, berkelok-kelok kepalsuan dan kemunafikan, titian serambut dibelah tujuh itu bernama taubat.

Menyimak dari jauh gegap-gempita di Bumi Blitar, sesekali istighfarku bergetar, membersamai salam dan doa agar rahmat mengalir di Malam Jum'at dan Malam Selasa.

Euforia dan viral adalah godaan yang sesungguhnya, merasa alim lalu jumawa akan berbuah ranjau di kehidupan nyata.

Lumatkan takabur dengan pekik shalawat, sebab sehina-hina manusia adalah garangan bodoh dan miskin yang menepuk dada.

Gus Nas Jogja, 7 Desember 2023
--------

PUISIBaca Juga: Puisi Gus Nas : Makelar Suara

Analisis

Dalam puisi ini, Gus Nas Jogja menyampaikan beberapa hal penting, yaitu:

Hak untuk insyaf. Semua orang, termasuk orang yang berbuat dosa atau kesalahan, memiliki hak untuk bertaubat dan insyaf.

Titian taubat. Taubat adalah jalan yang sulit dan penuh rintangan, tetapi itu adalah satu-satunya jalan untuk kembali kepada Allah.

Godaan euforia dan viral.
Euforia dan nafsu ingin viral dapat menjadi godaan yang berbahaya, karena dapat membuat seseorang merasa sombong dan takabur.

Pentingnya shalawat. Shalawat dapat menjadi obat bagi penyakit takabur.

Kehinaan manusia.
Manusia yang paling hina adalah orang yang bodoh dan miskin, tetapi merasa dirinya alim dan kaya.

Pesan

Puisi ini memberikan pesan penting kepada kita semua, yaitu:

Jangan pernah merasa diri kita lebih baik dari orang lain.

Kita semua adalah manusia yang sama, dan kita semua memiliki kesalahan.

Jangan mudah terbuai oleh mode, viral, euforia dan ornamen gemerlap yang hanya indah sesaat sebatas glowing kulitnya.

Euforia dan viral dapat membuat kita lupa diri dan menjadi sombong.

Selalu ingat untuk bertaubat, dengan merawat iman dan takwa.

Taubat adalah jalan untuk kembali kepada Allah dan meraih kebahagiaan sejati.

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Balairung Memanggil

Kesimpulan

Puisi ini ditulis dengan arif dan cerdas dalam bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.

Pesan yang disampaikan juga sangat penting dan relevan dengan kondisi masyarakat saat ini.

Puisi indah ini layak dibaca oleh semua orang, terutama oleh mereka yang sering merasa sombong dan takabur.

Analisis Sastra dan Tasawuf

Dalam puisi yang diungkapkan dengan diksi berkadar sastra tinggi ini, Gus Nas mengajak kepada semua orang untuk menjauhi takabur.

Penyair dan budayawan yang juga ulama ini mengingatkan bahwa euforia dan viral adalah godaan yang sesungguhnya.

Merasa alim lalu jumawa akan berbuah ranjau di kehidupan nyata.

Gus Nas juga mengingatkan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah dan penuh dosa. Kita semua sama di hadapan Allah SWT.

Oleh karena itu, kita harus senantiasa rendah hati dan menjauhi takabur.

Kata-kata kunci

Garangan: hewan yang dianggap rendah dan bodoh

Euforia: perasaan senang yang berlebihan

Takabur: sombong

Rendah hati: tidak sombong dan tidak merasa lebih baik dari orang lain

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Makam Dongkelan

Kesimpulan

Puisi ini mengingatkan kita untuk senantiasa rendah hati dan menjauhi takabur.

Takabur adalah sifat yang tercela dan akan membawa kita kepada keburukan.

Perspektif Teologis

Bahkan para garangan pun punya hak untuk insyaf

Dalam bahasa Indonesia, garangan berarti luwak.

Hewan ini sering digambarkan sebagai hewan yang kotor, tidak sopan, dan tidak tahu malu.

Namun, dalam puisi ini, Gus Nas menggunakan metafora garangan untuk menggambarkan orang-orang yang berperilaku buruk, seperti berbuat dosa, penuh maksiat, melanggar norma dan susila, atau bahkan berbuat kriminal.

Gus Nas mengatakan bahwa bahkan orang-orang yang berperilaku buruk pun memiliki hak untuk insyaf. Istilah insyaf berarti sadar akan kesalahan dan bertobat.

Gus Nas menegaskan bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri dan menjadi orang yang lebih baik.

Di jalanan terjal hidup dan mati, berkelok-kelok kepalsuan dan kemunafikan, titian serambut dibelah tujuh itu bernama taubat

Gus Nas menggambarkan kehidupan sebagai sebuah perjalanan yang penuh tantangan.

Ada banyak rintangan yang harus dihadapi, seperti godaan untuk berbuat dosa, kemunafikan, dan kepalsuan.

Namun, ada satu titian yang bisa membantu kita untuk melewati semua rintangan itu, yaitu taubat.

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Tuhan Tak Pernah Cuci Tangan

Taubat adalah jalan kembali kepada Allah. Dengan taubat, kita bisa membersihkan diri dari dosa dan kesalahan.

Taubat juga bisa menjadi jalan dan sarana mawas diri untuk memperbaiki hidup kita.

Menyimak dari jauh gegap-gempita di Bumi Blitar, sesekali istighfarku bergetar, membersamai salam dan doa agar rahmat mengalir di Malam Jum'at dan Malam Selasa

Gus Nas mengatakan bahwa ia menyaksikan gegap-gempita _Pengajian Sabilut Taubah_ di Blitar dari jauh. Ia turut bershalawat dan berdoa agar rahmat Allah senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW dan umat Islam.

Gus Nas juga mengungkapkan bahwa ia sering beristighfar saat menyaksikan gegap-gempita tersebut.
Gus Nas merasa bahwa dirinya masih belum pantas untuk ikut bersuka cita.

Ia merasa bahwa ia masih banyak dosa yang harus dibersihkan.

Euforia dan viral adalah godaan yang sesungguhnya, merasa alim lalu jumawa akan berbuah ranjau di kehidupan nyata

Gus Nas mengingatkan bahwa euforia adalah godaan yang sesungguhnya.

Saat kita merasa senang dan bahagia, kita bisa terlena dan lupa diri.

Kita bisa merasa bahwa kita sudah alim dan tidak perlu lagi berusaha untuk memperbaiki diri.

Namun, sikap jumawa akan berbuah ranjau di kehidupan nyata.

Orang yang jumawa akan mudah terjatuh dalam kesalahan. Ia akan sulit untuk menerima kritik dan saran dari orang lain.

Lumatkan takabur dengan pekik shalawat, sebab sehina-hina manusia adalah garangan bodoh dan miskin yang menepuk dada

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Bayi-Bayi Palestina

Gus Nas mengajak kita untuk melawan sifat takabur dengan pekik shalawat.

Shalawat adalah doa yang dipanjatkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Shalawat bisa menjadi obat bagi penyakit hati, termasuk takabur.

Gus Nas juga mengatakan bahwa sehina-hina manusia adalah garangan bodoh dan miskin yang menepuk dada.

Orang yang bodoh dan miskin adalah orang yang tidak memiliki ilmu dan harta.

Namun, jika ia sombong dan merasa dirinya lebih baik dari orang lain, maka ia adalah orang yang paling hina.

Kesimpulan

Puisi bertema Garangan adalah sebuah karya sastra yang mengajak kita untuk selalu introspeksi diri dan memperbaiki diri.

Gus Nas mengingatkan bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk insyaf dan menjadi orang yang lebih baik.

Penyair juga mengingatkan kita untuk melawan sifat takabur dengan pekik shalawat.

Tausiyah Kalbu

Bahkan para garangan pun punya hak untuk insyaf

Di jalanan terjal hidup dan mati, berkelok-kelok kepalsuan dan kemunafikan, titian serambut dibelah tujuh itu bernama taubatu

Dalam puisi ini, penyair ingin menyampaikan beberapa hal terkait dengan viralnya pengajian garangan yang sedang ramai dibicarakan.

Pertama, penyair ingin menegaskan bahwa setiap orang, termasuk para garangan, memiliki hak untuk insyaf.

Setiap orang berhak untuk bertaubat dan kembali kepada jalan yang benar.

Kedua, penyair ingin mengingatkan bahwa jalan hidup ini adalah jalan yang terjal dan penuh dengan rintangan.

Ada banyak kepalsuan dan kemunafikan yang bisa menyesatkan kita.

Oleh karena itu, kita harus senantiasa berhati-hati dan selalu berpegang teguh pada kebenaran.

Ketiga, penyair ingin mengingatkan bahwa euforia adalah godaan yang sesungguhnya.

Merasa alim lalu jumawa akan berbuah ranjau di kehidupan nyata.

Oleh karena itu, kita harus senantiasa rendah hati dan selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas diri.

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Guru

Terakhir, penyair ingin mengingatkan bahwa takabur adalah penyakit yang berbahaya.

Kita harus senantiasa melawan takabur dengan pekik shalawat.

Sebab, sehina-hina manusia adalah garangan bodoh dan miskin yang menepuk dada.

*Euforia adalah godaan yang sesungguhnya*

Dalam konteks puisi garangan, euforia bisa diartikan sebagai perasaan senang dan bangga yang berlebihan.

Euforia ini bisa timbul karena berbagai faktor, seperti keberhasilan dalam suatu hal, mendapatkan pengakuan dari orang lain, atau bahkan hanya karena melihat orang lain sukses.

Euforia yang berlebihan bisa menjadi godaan yang sesungguhnya.

Hal ini karena euforia bisa membuat kita merasa sombong dan merasa diri kita lebih baik daripada orang lain.

Akibatnya, kita bisa menjadi jumawa dan meremehkan orang lain.

Oleh karena itu, kita harus senantiasa berhati-hati terhadap euforia.

Kita harus selalu ingat bahwa kita hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.

Kita harus selalu rendah hati dan selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas diri.

*Lumatkan takabur dengan pekik shalawat*

Takabur adalah penyakit yang berbahaya.

Takabur bisa membuat kita menjadi sombong dan merasa diri kita lebih baik daripada orang lain.

Akibatnya, kita bisa menjadi angkuh dan tidak mau menerima kebenaran.

Untuk melawan takabur, kita harus senantiasa rendah hati dan selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas diri.

Kita juga harus senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar dihindarkan dari penyakit takabur.

Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk melawan takabur adalah dengan pekik shalawat.

Shalawat adalah doa yang kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Shalawat bisa menjadi sarana untuk merendahkan diri dan memohon ampunan kepada Allah SWT.

Penutup

Demikianlah beberapa telaah yang disampaikan dalam bait-bait puisi ini. Semoga bermanfaat.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. (AI)

Editor: Chaidir

Tags

Terkini

Terpopuler