TPST Piyungan Ditutup, Bantul Intensifkan Pengelolaan Sampah Mandiri

- 12 Maret 2024, 07:29 WIB
Petugas memilah sampah plastik di BUMDes Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah Panggungharjo, Sewon, Bantul.
Petugas memilah sampah plastik di BUMDes Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah Panggungharjo, Sewon, Bantul. /Foto : Desa Panggungharjo

DESK DIY - Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan milik Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ditutup secara permanen. Selama ini TPST Piyungan digunakan oleh Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul.

Dengan penutupan tersebut maka Yogyakarta, Sleman, dan Bantul harus melakukan pengelolaan sampahnya secara mandiri sesuai kebijakan desentralisasi tersebut.

Bagi Kabupaten Bantul, desentralisasi pengelolaan sampah kini sudah tak menjadi masalah. Sebab selain sudah memiliki pusat  pengelolaan sampah di tingkat kelurahan/desa, saat ini juga sedang menyiapkan sejumlah tempat pengolahan sampah di beberapa lokasi untuk mengolah sampah secara mandiri menjadi sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Baca Juga: TPST Piyungan Ditutup, Pembuangan Sampah Dilakukan Secara Desentralisasi

"Bantul akan melakukan pengelolaan secara mandiri sampah yang dihasilkan di Bantul ini yang setiap hari ada ratusan ton, bahkan mengolahnya menjadi sumber daya ekonomi baru yang bernilai ekonomi tinggi," kata Bupati Bantul Abdul Halim Muslih kepada wartawan di Bantul, Sabtu lalu (9 Maret 2024).

Menurut Halim, dari sampah organik bisa diolah menjadi kompos, magot, dan beberapa produk yang lain. Sementara sampah yang nonorganik diolah menjadi sumber daya ekonomi yang lebih beragam lagi.

"Sampah nonorganik bisa didaur ulang menjadi salah satunya adalah panel papan untuk bahan baku furniture, kemudian juga untuk dijadikan pipa PVC, sudah dilakukan, bahkan sudah diproduksi di Bantul," katanya.

Baca Juga: Membangun Kebiasaan Mengelola Sampah Rumah Tangga, FIFGroup Lakukan Gerakan GROWTH

Halim menjelaskan, sampah nonorganik diolah menjadi barang seni melalui kreativitas para seniman, atau yang sering disebut dengan up cycle, kemudian diproduksi menjadi salah satunya RDF (refuse derived fuel) sebagai bahan bakar industri semen.

Halaman:

Editor: Chaidir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x