Kondisi Ekonomi Indonesia pada Desember 2023: Dinamika Global dan Kinerja Domestik

18 Desember 2023, 14:13 WIB
Ilustrasi /

DESK DIY - Bulan Desember 2023 menjadi panggung untuk meninjau kembali risiko dan ketidakpastian global yang masih tinggi. Proyeksi pertumbuhan global dari World Bank dan IMF menunjukkan pelemahan, diproyeksikan sebesar 2,1% dan 3,0% (yoy) untuk tahun 2023, serta 2,4% dan 2,9% (yoy) untuk tahun 2024. Inflasi juga tetap tinggi, dengan estimasi IMF mencapai 6,9% untuk tahun 2023 dan 5,8% untuk tahun 2024. Perubahan ekonomi utama dan meningkatnya ketegangan geopolitik telah meningkatkan risiko penurunan yang berdampak global.

Indikator PMI Manufaktur Global pada November 2023 masih menunjukkan zona kontraksi dengan angka 49,3. Sebanyak 69,6% negara yang disurvei masih mengalami kontraksi, termasuk beberapa negara Eropa, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Di sisi lain, Tiongkok dan Indonesia menunjukkan peningkatan ke zona ekspansi.

Baca Juga: Sustainability Day 2023: Ini Langkah PLN Jalankan Bisnis Berkelanjutan Berbasis ESG

Fluktuasi harga komoditas dipengaruhi oleh faktor geopolitik dan cuaca. Harga minyak dunia, gas alam, dan batu bara menurun secara signifikan, sementara harga komoditas pangan seperti CPO, gandum, kedelai, dan beras juga mengalami penurunan dalam tahun ini. Volatilitas harga komoditas, khususnya beras, perlu diwaspadai dan diantisipasi.

Inflasi domestik pada November 2023 mencapai 2,86% (yoy), mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya. Upaya pengendalian harga pangan terus dilakukan untuk menjaga stabilitas ekonomi.

Meskipun demikian, neraca perdagangan Indonesia tetap mencatatkan surplus hingga bulan ke-43. Pada November 2023, kontraksi ekspor membaik sedangkan impor mengalami pertumbuhan positif, menciptakan surplus sebesar USD2,41 miliar.

Baca Juga: Pertamina NRE dan TEPCO HD Sepakat Kembangkan Hidrogen dan Amonia Rendah Karbon

Di pasar keuangan domestik, nilai tukar Rupiah dan pasar SBN menunjukkan tren yang stabil, sementara pasar saham masih dalam tekanan. Capital inflow mencapai Rp60,67 triliun hingga Desember 2023, yang terutama berasal dari pasar SBN. Yield SUN 10Y juga menurun, sesuai dengan penurunan Yield UST.

Kinerja ekonomi domestik hingga November 2023 masih berkelanjutan. Aktivitas produksi dan konsumsi listrik menunjukkan pertumbuhan yang cukup kuat. Indeks Keyakinan Konsumen, meski menurun sedikit, tetap relatif tinggi. Penjualan kendaraan, indeks penjualan riil, dan konsumsi semen juga menunjukkan pertumbuhan positif.

Dalam hal kinerja APBN, realisasi belanja negara dan pendapatan negara berada dalam jalur yang positif. Belanja negara telah mencapai 84,55% dari pagu APBN hingga Desember 2023. Pendapatan negara dari pajak dan PNBP tumbuh positif, sementara pendapatan kepabeanan dan cukai menunjukkan penurunan.

Baca Juga: ASDP Gandeng Telkom Luncurkan Aplikasi Monitoring Armada

Dukungan APBN kepada APBD melalui Transfer ke Daerah (TKD) tumbuh, yang memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi di daerah. Dana Alokasi Umum (DAU) juga meningkat, didukung oleh penyaluran DAU bidang pendidikan, kesehatan, dan pembangunan infrastruktur.

Pembiayaan investasi pada tahun 2023 terfokus pada produktivitas dan kesejahteraan masyarakat. Realisasi pendapatan negara telah mencapai 103,7% dari target APBN, dengan pertumbuhan positif terutama dari pendapatan pajak dan PNBP. Meskipun terdapat beberapa penurunan pendapatan, kondisi ekonomi domestik tetap stabil.

Sebagai kesimpulan, kinerja perekonomian Indonesia tetap terjaga di tengah risiko global yang tinggi. Pemerintah berkomitmen untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi hingga akhir tahun 2023, memastikan fondasi yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Editor: Galuh Candra

Tags

Terkini

Terpopuler