Andum Kebecikan

27 Maret 2023, 08:27 WIB
Kampung yang dirindukan adalak warganya yang rukun dan guyup. /Foto : Pixabay

DESK DIY  -- Saya sering kagum dan terheran-heran kenapa ada kampung atau desa hari gini warganya bukan saja rukun tetapi guyup. Komunal banget.

Warga saling mengenal dan saling tolong menolong, suka bercanda terukur, ramah. Suasana sosial dan kulturalnya sejuk dan damai. Warga bisa memelihara irama pergaulan mirip irama keroncong dan kalau gending ya ladrang. Kebisingan jalan raya dan kegalauan pasar relatif tidak ngaruh, apalagi hiruk pikuk politik.

Setelah saya telusuri sampai ke hal-hal jauh dan kedalaman suasana batin warga ternyata kampung atau desa surplus kebaikan atau turah-turah dengan jejak rekaman kabecikan.

Baca Juga: Ngabuburit di Masjid Agung Manunggal Bantul Sambil Menyimak Tausyiah

Dalam kampung atau desa yang demikian warganya malu untuk berpikir negatif, malu untuk suudzon dan malu untuk bertindak yang tidak pantas dan tidak baik.

Mengapa? Di dalam kampung atau desa yang seperti ini hidup warga lintas generasi yang selalu berbagi narasi kebaikan itu. Mereka saling menjaga dan saling menjadi saksi bahwa kabecikan merupakan gerbang keselamatan hidup warga.

Andum slamet atau berbagi keselamatan berpasangan dengan andum kabecikan dan ini diproses dari generasi ke generasi. Paling tidak saya mencatat ada empat generasi yang mampu membangun dan memelihara dengan cara memfungsikan infrastruktur nilai-nilai kebajikan dan keselamatan ini.

Baca Juga: Lurah Wonokromo Dukung JAWARA Buka Pasar Ramadhan

Ini yang bisa membuat warga kampung atau desa ini melampaui berbagai krisis, termasuk krisis keamanan tahun 1948-1949, krisis politik dan sekaligus krisis ekonomi di tahun tahun 1960an dan tahun 1990an dan krisis kemanusiaan saat ada gempa bumi dahsyat tahun 2006, juga saat terjadi krisis kesehatan dan krisis ekonomi tahun 2019-2022 ini.

Narasi dan komunikasi kebajikan sekaligus narasi dan komunikasi keselamatan bersama yang hidup di masa sejak zaman Mbah Canggah mereka sampai generasi Milenial betul dihayati dan hidup penuh dengan contoh nyata. Berfungsi dan produktif.

Kebetulan yang saya lihat ini adalah komunitas Muhammadiyah di tingkat dusun kampung. Pengajian dengan kesadaran tinggi untuk berinfaq berjalan di musholla-musholla dan masjid. Silaturahmi antar warga terjaga betul.

Baca Juga: Gamis Lebaran Terbaru yang Istimewa dan Membuat Muslimah Cantik

Dalam konsep budaya masyarakat Jawa desa mawa tata memang sudah seharusnya ditata dengan nilai dan norma sosial yang produktif dengan kebajikan dan keselamatan seperti ini.

Uniknya komunitas yang komunal seperti ngangeni bagi warga yang pernah tinggal disitu kemudian merantau. Sebab ketika merancang mereka menemukan bahwa masyarakat atau komunitas yang sudah cenderung mengalami defisit kabecikan dan defisit keslametan.

Di lokus atau lokasi dimana defisit nilai kebajikan dan defisit nilai keselamatan yang selalu terjadi adalah orang tidak malu melakukan tindakan korupsi, tindakan kekerasan, berkomunikasi dengan narasi kebohongan dan dusta dan tidak malu merusak harmoni kehidupan dan perdamaian.

Baca Juga: Nikmatnya Ngabuburit dan Ibadah di Masjid Raya Sheikh Zayed Solo. Disiapkan 12.000 Paket Iftar

Masyarakat atau komunitas yang mengalami defisit nilai kebajikan dan defisit nilai keselamatan cenderung tidak nyaman dan tidak tenteram hidupnya. Dan semakin banyak warga atau malah tokoh warga yang memproduksi tindakan yang berwajah destruksi sosial, destruksi kultural dan spiritual maka defisit nilai kebajikan dan defisit nilai keselamatan memunculkan defisit yang cukup mengerikan: defisit kearifan.

Situasi dan kondisinya bisa disebut mendekati situasi dan kondisi neraka sosial.
Berbeda jauh sekali dengan masyarakat dan komunitas komunal yang surplus kebecikan, surplus keselamatan dan saya temukan juga memiliki surplus kearifan.

Edukasi sosial dan moral yang berlangsung tiap detik di masyarakat seperti betul-betul efektif dan ujung serta pangkalnya adalah terwujudnya masyarakat yang sejahtera lahir batin dimana manusia dimanusiakan, Tuhan dituhankan dan materi serta benda benda ditingkatkan dan dimuliakan kehadirannya dengan dimanfaatkan untuk kepentingan bersama.

Baca Juga: Gamis Lebaran Terbaru yang Istimewa dan Membuat Muslimah Cantik

Terasa sekali para malaikat mengawal masyarakat yang komunal seperti ini. Masyarakat yang memiliki dan selalu memproduksi situasi dan kondisi yang bermakna: surga sosial.

Maka pantas saja masyarakat komunal seperti ini ngangeni dan layak dirindukan. Berwisata ruhani ke lokasi seperti ini merupakan bentuk kegiatan dan tindakan wisata yang sejati. ***

Editor: Mustofa W Hasyim

Tags

Terkini

Terpopuler