Khalwat, Menikmati Kesendirian Bersama Tuhan

- 18 Mei 2023, 14:13 WIB
KH Buya Syakur Yasin (berpeci putih) bersama jamaah khalwat.
KH Buya Syakur Yasin (berpeci putih) bersama jamaah khalwat. /Foto : Istimewa

Beberapa tahun kemudian ada lagi seorang ASN dari Kementeriaan Agama mengikuti jejak KH Buya Syakur Yasin sampai beliau mengundurkan diri dari kedinasannya hanya karena menikmati kesunyian dan kesendirian.

Meskipun berdua ataupun bertiga masuk ke hutan, di dalamnya tidak bersama-sama dan membikin gubuknya sendiri-sendiri dengan jarak yang berjauhan agar rasa kesendirian tetap tercipta.

Kedua orang itu pada akhirnya menjadi santri santri awal perjalanan ke hutan yang kemudian disebut khalwat.

KH Buya Syakur Yasin akhirnya membuka kembali Pondok Pesantren untuk meneruskan peninggalan orangtuanya yang terbengkalai dengan nama Yasiniah sesuai dengan nama ayahnya KH Yasin.

Baca Juga: Gunakan Bendera Partai Gerindra, Titiek Soeharto Maju Caleg Dapil DIY

Salah satu kegiatan pesantren pada setiap tahunnya adalah diadakannya khalwat yang ditularkan kebiasaannya kepada santri santrinya selama kurang lebih 40 hari dimulai dari tanggal 1 kapit/ Dzulkaidah sampai dengan tanggal 10 Raya Agung /Dzulhijjah dengan pembimbing harian selama di hutan adalah dua orang muridnya yang pertama meskipun beliau juga berada disana menemani santri-santrinya di hutan.

Masa-masa itu nampak jelas kesederhanaan dan cenderung alakadarnya, membuat gubuk dengan jarak yang tetap berjauhan beratapkan rumbia dan beralaskan jerami untuk menolak panas dan hujan serta dinginnya malam tanpa penerangan apalagi listrik atau genset yang sengaja dibawa. Pesertanya pun hanya diikuti oleh santri santri Yasiniah saja dan dua orang santri pertamanya.

Kegiatan khalwat selama di hutan 40 hari itu berpuasa di siang hari kecuali yang berpuasa khusus dan berdzikir dengan jumlah tertentu yang harus diselesaikan setiap harinya juga melakukan istighosah bersama di malam harinya.

Menu buka puasa dan sahur hanya bahan makanan yang didapat dari sekitar hutan, terkadang ikan hasil tangkapan dan memancing dari sungai atau selokan yang melintasi  hutan. Sesekali beberapa santri sedikit keluar hutan hanya untuk membeli sayuran dari petani ladang, sungguh sangat sederhana.

Baca Juga: Dalang-Dalang Cilik Beraksi di UNY. Mendidik Anak Cinta Kebudayaan

Halaman:

Editor: Chaidir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x