Network
DESK DIY, Bantul -- Pantun sebagai jenis puisi sudah jarang ditulis orang. Apalagi dibacakan di depan publik sastra. Sebab pantun termasuk puisi lama.
Anak muda atau sastrawan sekarang yang cenderung menulis sastra, kebangsaan memiliki menulis puisi modern yang lebih bebas daya ungkapnya. Pantun sering dianggap membatasi kebebasan menulis puisi.
Akan tetapi justru karena pantun itu puisi lama maka dia asli Indonesia atau asli karya sastra Nusantara. Pantun menjadi lebih mudah dipahami. Juga sebenarnya lebih mudah ditulis. Apalagi pantun merupakan salah satu warisan budaya tak benda. Keberadaanya diakui Unesco sebagaimana batik, keris, wayang dan pencak silat.
Baca Juga: Serial Pak Bei : Gonjang-Ganjing Daulat Pangan
Sebagai upaya untuk melestarikan keberadaan pantun sekarang mulai ada sastrawan yang menulis pantun dan malah dibukukan. Sastrawan senior Yogyakarta Sutirman Eka Ardhana menulis pantun dan dibukukan. Demikian juga sastrawan dari Bantul Agus Amrulloh. Dia menulis pantun banyak dan dibukukan.
Nah agar masyarakat lebih mengenal dan bisa menikmati pantun maka Komunitas Seni Budaya Profetik malam ini, Sabtu (9/9/2023), mengadakan pesta pantun di Padepokan Santri An'Amta di Karanggayam RT 03 Bantul.
Pesta pantun ini dihangatkan dengan baca pantun oleh Agus Amrulloh dan pembahasan tentang pantun oleh Kepala Balai Kajiannya dan Pengembangan Budaya Melayu, Mahyudin Al Mudra.
Baca Juga: Puisi Gus Nas : Apa yang Kau Cari, Putri Ariani ?
Dr Nus Iswantara, Ketua Komunitas Seni Budaya Profetik atau KosBatik mengharap kita semua bisa mempersegar ekspresi seni budaya kita dengan menggali khazanah sastra klasik Nusantara. "Semua ini kami lakukan agar kita tidak mengalami disorientasi seni dan budaya," katanya. ***
