Pemandu menepuk pundakku, "Kau hebat ternyata."
Sebuah pujian yang sungguh membuatku malu.
Pemandu mengajakku mengunjungi sebuah kantor besar yang ternyata banyak kegiatan korupsi disitu dan kulihat ada anak muda memilih keluar kantor lalu naik kereta api pulang kampung.
"Hei Tuan Pemandu, apakah ada tempat lain selain lokasi masa laluku yang memalukan ini?"
"Ada. Kau akan kuajak mengunjungi bintang bintang, bulan, taman yang selalu disinari matahari."
"Di sana ada bidadari?"
"Tentu ada."
"Cantik?"
"Selalu cantik."
"Nah mari ke sana."
Baca Juga: Begini Hukuman Koruptor di Singapura
Pemandu memegang tanganku erat erat ketika sampai di taman itu.
" Jangan sentuh bidadari di sini. Kau kan sudah punya bidadari di rumah," bisik Pemandu.
Aku meronta. Pegangan Pemandu kulepas. Aku berlari kencang mengejar bidadari paling cantik.
"Jangan! jangan!"
Aku nekad berlari dan Gedubrak!
Aku membentur tembok musholla.
Bidadari dan Pemandu menghilang.
2023.***
(Mustofa W Hasyim, sastrawan Yogyakarta)