Puisi Kalkulatur Nikmat : Menghitung Nikmat Tuhan

- 20 Maret 2023, 14:11 WIB
Gus Nas
Gus Nas /Foto : Chaidir

Kalkulator Nikmat

 

Telah kuziarahi pusar dunia

Pusat nikmat

Pasar maksiat

Titik-temu segala nafsu

 

Pohon-pohon Surga

Yang pernah dijamah Adam dan Hawa

Telah kurenggut kegadisannya

Telah kurengkuh keperawanannya

 

Mata Air Keabadian

Telah kutimba di sumur suci

Bermandi madu

Menyelami telaga anggur

Bintang-gemintang memahkotai

Malam pertamaku

 

Telah kulepas busana pengantin ini

Telah kutanggalkan segala

Yang melekat pada raga

Telanjang bersama

Belahan jiwa

 

Tuhanku

Nikmat dunia ini

Untuk siapa?

Berkali-kali kuhitung

Tak ada habisnya

 

Hingga kalkulatorku teler

Jutaan digit berbaris

Berderet-deret

Nikmat dariMu

Tak terhitung jumlahnya

 

Dalam ketelanjangan ini

Menggigil jiwaku

Meronta rinduku

Sukmaku mencari

NafasMu

 

Seribu tahun hidup pujangga

Hanya seujung kuku puisiku

Keindahan yang tak seberapa

 

Di simpul hikmah

Kuntum pun harum

Kupetik mekar teratai

Di bening telaga

Kutambatkan sujudku

Selama-lamanya

 

Sebait iman

Merawat jiwa

Meruwat syahwat

Mengantarku meregang nyawa

Aku dan puisiku

Adalah nikmat yang fana

 

Gus Nas Jogja, 9 Januari 2023

Baca Juga: Masjid Bisa Tumbuh Menjadi Pusat Pengembangan Ekonomi

H.M. NASRUDDIN ANSHORIY CH. atau biasa dipanggil Gus Nas mulai menulis puisi sejak masih SMP pada tahun 1979. Tahun 1983, puisinya yang mengritik Orde Baru sempat membuat heboh Indonesia dan melibatkan Emha Ainun Nadjib, H.B. Jassin, Mochtar Lubis, W.S. Rendra dan Sapardi Djoko Damono menulis komentarnya di berbagai koran nasional. Tahun 1984 mendirikan Lingkaran Sastra Pesantren dan Teater Sakral di Pesantren Tebuireng, Jombang. Pada tahun itu pula tulisannya berupa puisi, esai dan kolom mulai menghiasi halaman berbagai koran dan majalah nasional, seperti Horison, Prisma, Kompas, Sinar Harapan dan lainnya.

 Baca Juga: 26 Pelukis Indonesia dan Filipina Unjuk Karya di Limanjawi Art House

Tahun 1987 menjadi Pembicara di Forum Puisi Indonesia di TIM dan Pembicara di Third’s South East Asian Writers Conference di National University of Singapore. Tahun 1991 puisinya berjudul Midnight Man terpilih sebagai puisi terbaik dalam New Voice of Asia dan dimuat di Majalah Solidarity, Philippines. Tahun 1995 meraih penghargaan sebagai penulis puisi terbaik versi pemirsa dalam rangka 50 Tahun Indonesia Merdeka yang diselenggarakan oleh ANTV dan Harian Republika.

Baca Juga: Jelang Ramadan Warga Pringgading Guwosari Gelar Nyadran
Menulis sejumlah buku, antara lain berjudul Berjuang dari Pinggir (LP3ES Jakarta), Kearifan Lingkungan Budaya Jawa (Obor Indonesia), Strategi Kebudayaan (Unibraw Press Malang), Bangsa Gagal (LKiS). Pernah menjadi peneliti sosial-budaya di LP3ES, P3M, dan peneliti lepas di LIPI; menjadi konsultan manajemen; menjadi Produser sejumlah film bersama Deddy Mizwar. Tahun 2008 menggagas dan mendeklarasikan berdirinya Desa Kebangsaan di kawasan Pegunungan Sewu bersama sejumlah tokoh nasional. Tahun 2013 menjadi Pembicara Kunci pada World Culture Forum yang diselenggarakan Kemendikbud dan UNESCO di Bali. ***

Editor: Chaidir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x