Kalkulator Nikmat
Telah kuziarahi pusar dunia
Pusat nikmat
Pasar maksiat
Titik-temu segala nafsu
Pohon-pohon Surga
Yang pernah dijamah Adam dan Hawa
Telah kurenggut kegadisannya
Telah kurengkuh keperawanannya
Mata Air Keabadian
Telah kutimba di sumur suci
Bermandi madu
Menyelami telaga anggur
Bintang-gemintang memahkotai
Malam pertamaku
Telah kulepas busana pengantin ini
Telah kutanggalkan segala
Yang melekat pada raga
Telanjang bersama
Belahan jiwa
Tuhanku
Nikmat dunia ini
Untuk siapa?
Berkali-kali kuhitung
Tak ada habisnya
Hingga kalkulatorku teler
Jutaan digit berbaris
Berderet-deret
Nikmat dariMu
Tak terhitung jumlahnya
Dalam ketelanjangan ini
Menggigil jiwaku
Meronta rinduku
Sukmaku mencari
NafasMu
Seribu tahun hidup pujangga
Hanya seujung kuku puisiku
Keindahan yang tak seberapa
Di simpul hikmah
Kuntum pun harum
Kupetik mekar teratai
Di bening telaga
Kutambatkan sujudku
Selama-lamanya
Sebait iman
Merawat jiwa
Meruwat syahwat
Mengantarku meregang nyawa
Aku dan puisiku
Adalah nikmat yang fana
Gus Nas Jogja, 9 Januari 2023
Baca Juga: Masjid Bisa Tumbuh Menjadi Pusat Pengembangan Ekonomi
H.M. NASRUDDIN ANSHORIY CH. atau biasa dipanggil Gus Nas mulai menulis puisi sejak masih SMP pada tahun 1979. Tahun 1983, puisinya yang mengritik Orde Baru sempat membuat heboh Indonesia dan melibatkan Emha Ainun Nadjib, H.B. Jassin, Mochtar Lubis, W.S. Rendra dan Sapardi Djoko Damono menulis komentarnya di berbagai koran nasional. Tahun 1984 mendirikan Lingkaran Sastra Pesantren dan Teater Sakral di Pesantren Tebuireng, Jombang. Pada tahun itu pula tulisannya berupa puisi, esai dan kolom mulai menghiasi halaman berbagai koran dan majalah nasional, seperti Horison, Prisma, Kompas, Sinar Harapan dan lainnya.
Baca Juga: 26 Pelukis Indonesia dan Filipina Unjuk Karya di Limanjawi Art House
Tahun 1987 menjadi Pembicara di Forum Puisi Indonesia di TIM dan Pembicara di Third’s South East Asian Writers Conference di National University of Singapore. Tahun 1991 puisinya berjudul Midnight Man terpilih sebagai puisi terbaik dalam New Voice of Asia dan dimuat di Majalah Solidarity, Philippines. Tahun 1995 meraih penghargaan sebagai penulis puisi terbaik versi pemirsa dalam rangka 50 Tahun Indonesia Merdeka yang diselenggarakan oleh ANTV dan Harian Republika.
Baca Juga: Jelang Ramadan Warga Pringgading Guwosari Gelar Nyadran
Menulis sejumlah buku, antara lain berjudul Berjuang dari Pinggir (LP3ES Jakarta), Kearifan Lingkungan Budaya Jawa (Obor Indonesia), Strategi Kebudayaan (Unibraw Press Malang), Bangsa Gagal (LKiS). Pernah menjadi peneliti sosial-budaya di LP3ES, P3M, dan peneliti lepas di LIPI; menjadi konsultan manajemen; menjadi Produser sejumlah film bersama Deddy Mizwar. Tahun 2008 menggagas dan mendeklarasikan berdirinya Desa Kebangsaan di kawasan Pegunungan Sewu bersama sejumlah tokoh nasional. Tahun 2013 menjadi Pembicara Kunci pada World Culture Forum yang diselenggarakan Kemendikbud dan UNESCO di Bali. ***