Syair Urat Leher : Ode untuk Abdul Hadi WM

19 Januari 2024, 19:30 WIB
Abdul Hadi WM. /Foto : dok.salihara

DESK DIY - Jarak antara maut, surga dan kita ternyata lebih dekat dari urat leher

Bahkan sejak rahim Ibu melahirkan, kemelekatan antara Tuhan, keabadian dan kita juga nyata adanya

Maka ziarahmu selalu ke Timur, pada artefak dan cahaya dimana matahari terbit, para sufi berkhalwat dan tentang harum cinta yang semerbak di mihrab nurani

Suatu waktu, berpuluh-puluh tahun lalu, kauajak Al Hallaj mengetuk pintu pertapaanku, lalu kita berkisah tentang jauh-dekat dengan anak panah rindu

Untuk apa kita terseret, lalu tersesat di Barat: begitu lantang pikiranmu
Sesudah itu, filsafat dan peradaban kita gali tiada henti dari Masyriq, tempat terbitnya matahari

Analisis

Syair "Urat Leher" karya Gus Nas Jogja merupakan sebuah ode untuk Abdul Hadi WM, seorang sastrawan dan filsuf Islam Indonesia. Syair ini ditulis pada tanggal 19 Januari 2024, bertepatan dengan wafatnya Abdul Hadi WM.

Syair ini dibuka dengan pernyataan bahwa jarak antara maut, surga, dan kita ternyata lebih dekat dari urat leher. Hal ini menunjukkan bahwa kematian adalah hal yang pasti dan tak terelakkan, dan bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara.

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Politik itu Bersih

Selanjutnya, syair ini menyebutkan bahwa kemelekatan antara Tuhan, keabadian, dan kita juga nyata adanya. Hal ini menunjukkan bahwa manusia diciptakan untuk mencari Tuhan dan untuk hidup kekal.

Berdasarkan dua pernyataan tersebut, syair ini menyimpulkan bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk mencari Tuhan dan untuk mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.

Pada bagian kedua, syair ini menyebutkan bahwa Abdul Hadi WM selalu ziarah ke Timur, yaitu ke dunia Islam. Hal ini menunjukkan bahwa Abdul Hadi WM memiliki ketertarikan yang besar terhadap Islam dan budaya Timur.

Syair ini juga menyebutkan bahwa Abdul Hadi WM pernah mengajak Al-Hallaj, seorang sufi besar dari Persia, mengetuk pintu pertapaan penyair. Hal ini menunjukkan bahwa Abdul Hadi WM adalah seorang yang terbuka terhadap berbagai macam aliran pemikiran, termasuk tasawuf.

Pada bagian ketiga, syair ini menyebutkan bahwa Abdul Hadi WM pernah bertanya kepada penyair, "Untuk apa kita terseret, lalu tersesat di Barat?". Hal ini menunjukkan bahwa Abdul Hadi WM memiliki kegelisahan terhadap ketertarikan umat Islam Indonesia terhadap budaya Barat.

Syair ini juga menyebutkan bahwa Abdul Hadi WM kemudian mengajak penyair untuk menggali filsafat dan peradaban Islam dari Timur. Hal ini menunjukkan bahwa Abdul Hadi WM ingin umat Islam Indonesia kembali kepada akarnya, yaitu Islam.

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Requiescat in Pace

Secara keseluruhan, syair "Urat Leher" merupakan sebuah karya sastra yang indah dan penuh makna. Syair ini tidak hanya mengenang Abdul Hadi WM sebagai seorang sastrawan dan filsuf Islam yang besar, tetapi juga menyampaikan pesan-pesan penting tentang kehidupan dan tujuan hidup manusia.

Pesan-pesan

Berdasarkan analisis di atas, syair "Urat Leher" menyampaikan beberapa pesan penting, yaitu:

* Kematian adalah hal yang pasti dan tak terelakkan, dan bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara.

* Tujuan hidup manusia adalah untuk mencari Tuhan dan untuk mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.

* Islam adalah agama yang kaya akan filsafat dan peradaban.

* Umat Islam Indonesia harus kembali kepada akarnya, yaitu Islam.

*Mata Batin Pujangga*

Jarak antara maut, surga dan kita ternyata lebih dekat dari urat leher

Syair ini dibuka dengan sebuah paradoks yang mengejutkan. Jarak antara maut, surga, dan kita, yang seharusnya sangat jauh, ternyata lebih dekat dari urat leher. Ini adalah sebuah metafora yang menggambarkan betapa dekatnya kematian dengan kehidupan kita. Maut bisa datang kapan saja, tanpa kita sadari.

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Surat Terbuka untuk Capres

Bahkan sejak rahim Ibu melahirkanmu, kemelekatan antara Tuhan, keabadian dan kita juga nyata adanya

Paragraf selanjutnya menjelaskan bahwa kedekatan antara kematian dan kehidupan ini sudah ada sejak kita dilahirkan. Kedekatan ini disebabkan oleh kemelekatan kita dengan Tuhan dan keabadian. Kita semua berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya.

Maka ziarahmu selalu ke Timur, pada artefak dan cahaya dimana matahari terbit, para sufi berkhalwat dan tentang harum cinta yang semerbak di mihrab nurani

Paragraf ini menggambarkan perjalanan spiritual Abdul Hadi WM. Ia selalu mencari kebenaran dan kedamaian batin dengan berguru kepada para sufi di Timur. Ia belajar tentang cinta dan keabadian yang menjadi inti ajaran tasawuf.

Suatu waktu, berpuluh-puluh tahun lalu, kauajak Al-Hallaj mengetuk pintu pertapaanku, lalu kita berkisah tentang jauh-dekat dengan anak panah rindu

Paragraf ini menceritakan sebuah pengalaman spiritual yang dialami oleh Gus Nas bersama Abdul Hadi WM. Gus Nas diajak Abdul Hadi WM untuk berziarah ke makam Al-Hallaj, seorang sufi sufi yang terkenal karena ajarannya tentang cinta. Di maqam Al-Hallaj, Gus Nas dan Abdul Hadi WM berkisah tentang cinta dan kerinduan kepada Tuhan.

Untuk apa kita terseret, lalu tersesat di Barat: begitu lantang pikiranmu
Sesudah itu, filsafat dan peradaban kita gali tiada henti dari Masyriq, tempat terbitnya matahari

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Maut Berdiri Gagah Di Pelupuk Mata

Paragraf terakhir ini menyimpulkan pemikiran Abdul Hadi WM. Abdul Hadi WM percaya bahwa kita seharusnya tidak terseret oleh budaya Barat. Ia mengajak kita untuk kembali ke Timur, tempat asal kita, untuk mempelajari filsafat dan peradaban kita sendiri.

Syair ini adalah sebuah karya yang indah dan bermakna. Ia menggambarkan perjalanan spiritual Abdul Hadi WM yang penuh dengan cinta dan kerinduan kepada Tuhan. Syair ini juga mengajak kita untuk kembali ke Timur untuk mempelajari filsafat dan peradaban kita sendiri.

Inna Lillahi Wa Inna Ilahi Roji'un

Editor: Chaidir

Tags

Terkini

Terpopuler