DESK DIY - Sesudah mendaki dan menikung berkali-kali, sejenak nafasku kuheningkan di sini
Puncak Lawu dikepung awan, mantra dan doa kulepaskan dari busurnya hingga di puncaknya
Dalam bening semadi, sayup-sayup kudengar suara Mangkunegoro IV dalam pupuhnya:
Lila lamun kelangan nora gegetun
Rela jika kehilangan sesuatu Trima lamun ketaman saserik sameng dumadi
Menerima dengan sabar jika mendapatkan perlakuan yang menyakitkan hati
Seakan mendaki di ketinggian, lalu berenang di putih awan, aku menemukan pena tajamku kembali
Gus Nas Jogja, 17 Desember 2023
--------
Tafsir Kosmologi
Sesudah mendaki dan menikung berkali-kali, sejenak nafasku kuheningkan di sini
Baris pertama ini menggambarkan perjuangan sang penyair untuk sampai ke Astana Girilayu.
Perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan, namun akhirnya sampai juga di tujuan.
Baca Juga: Puisi Gus Nas : Primus Interpares
Puncak Lawu dikepung awan, mantra dan doa kulepaskan dari busurnya hingga di puncaknya
Baris kedua ini menggambarkan suasana Astana Girilayu yang berada di kaki Gunung Lawu.
Puncak Lawu yang tertutup awan menambah suasana yang sakral dan mistis.
Sang penyair melepaskan mantra dan doa ke puncak Lawu, seakan-akan ingin menyampaikannya kepada leluhur yang dimakamkan di sana.
Dalam bening semadi, sayup-sayup kudengar suara Mangkunegoro IV dalam pupuhnya:
Lila lamun kelangan nora gegetun
Trima lamun ketaman saserik sameng dumadi
Baris ketiga ini menggambarkan pengalaman sang penyair saat bersemedi di Astana Girilayu.
Gus Nas mendengar suara Mangkunegoro IV, salah satu raja Mangkunegaran yang terkenal dengan kebijaksanaannya.
Dalam pupuhnya, Mangkunegoro IV mengajarkan tentang pentingnya sikap lila dan trima.
Lila berarti rela jika kehilangan sesuatu. Trima berarti menerima dengan sabar jika mendapatkan perlakuan yang menyakitkan hati.
Seakan mendaki di ketinggian, lalu berenang di putih awan, aku menemukan pena tajamku kembali
Baca Juga: Puisi Gus Nas : Sajak Tentang Desa
Baris keempat ini menggambarkan perasaan sang penyair setelah mendengar pupuh Mangkunegoro IV.
Gus Nas merasa seperti mendapatkan pencerahan dan kembali menemukan semangatnya untuk berkarya.
Pembahasan
Puisi ini menggambarkan perjalanan spiritual sang penyair ke Astana Girilayu.
Perjalanan ini bukan hanya sekadar ziarah, tetapi juga menjadi momen untuk introspeksi diri dan menemukan kembali semangatnya untuk berkarya.
Puisi ini menggunakan gaya bahasa yang puitis dan sarat makna.
Penggambaran suasana Astana Girilayu yang sakral dan mistis, serta pesan moral tentang pentingnya sikap lila dan trima, membuat puisi ini terasa menyentuh dan menggugah hati.
Kesimpulan
Puisi "Astana Girilayu" karya Gus Nas adalah sebuah karya yang indah dan bermakna.
Puisi ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk selalu belajar dan berkarya, serta untuk selalu bersikap lila dan trima dalam menghadapi kehidupan.
Analisis Profetik
Puisi "Astana Girilayu" karya Gus Nas ini menceritakan tentang perjalanan ziarah ke Astana Girilayu, kompleks makam para Raja Mangkunegaran di kaki Gunung Lawu.
Baca Juga: Puisi Gus Nas : Arang dan Abu Menabur Angin
Perjalanan tersebut digambarkan dengan penuh perjuangan, harus mendaki dan menikung berkali-kali.
Namun, semua itu terbayar dengan keindahan alam yang disuguhkan, yaitu puncak Lawu yang dikepung awan.
Dalam perjalanan ziarah tersebut, penyair juga melakukan semadi.
Dalam semedinya, penyair mendengar suara pupuh Mangkunegoro IV yang mengajarkan tentang sikap lila dan trima.
Lila adalah sikap rela jika kehilangan sesuatu, sedangkan trima adalah sikap menerima dengan sabar jika mendapatkan perlakuan yang menyakitkan hati.
Setelah melakukan semadi, penyair merasa menemukan kembali penanya yang tajam.
Hal ini menunjukkan bahwa penyair telah menemukan kembali semangatnya untuk berkarya.
Secara keseluruhan, puisi "Astana Girilayu" merupakan puisi yang indah dan inspiratif.
Baca Juga: Puisi Gus Nas : Makelar Suara
Puisi ini mengajarkan tentang pentingnya sikap lila dan trima dalam kehidupan.
Sikap lila dan trima akan membuat kita menjadi orang yang lebih tegar dan bijaksana dalam menghadapi berbagai cobaan hidup.
Berikut adalah beberapa hal yang menarik dari puisi "Astana Girilayu":
Penggunaan bahasa yang sederhana namun indah.
Penggambaran alam yang sangat detail dan hidup.
Pesan moral yang disampaikan dengan jelas dan mudah dipahami.
Puisi ini sangat cocok dibaca oleh siapa saja, terutama bagi mereka yang sedang mencari ketenangan dan inspirasi. (AI)***