Puisi Gus Nas : Zikir

24 November 2023, 07:31 WIB
Zikirku kian menjadi. Membaca keabadian pada dinding kapiler hanya setebal satu sel. /Foto : Pixabay

DESK DIY -- Kapiler rindu memompa zikir pada pembuluh darahku. Bagaimana bisa aku kehilangan waktu, membaca cinta sekecil 5 mikrometer yang kurang dari sepertiga lebar rambut ubanku.

Zikirku kian menjadi. Membaca keabadian pada dinding kapiler hanya setebal satu sel.

Dinding rahasia yang tercipta dari sel-sel endotel dan menjadi imam oksigen, nutrisi dan limbah untuk khusyuk berkhalwat ke dan dari sel-sel jaringan

Siapakah aku? Binatang yang berdiri tegak dengan dua kaki dan menjadi buah bibir para malaikat saat hendak didaulat menjadi khalifah di muka bumi?


Gus Nas Jogja, 23 November 2023

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Tabut Sulaiman

Tafsir Anatomis Manusia dalam Puisi Zikir

Puisi Zikir karya Gus Nas Jogja adalah sebuah puisi yang indah dan puitis.

Puisi ini menggunakan bahasa yang sederhana namun sarat makna.

Puisi ini bercerita tentang kapiler yang rindu memompa zikir pada pembuluh darah.

Kapiler adalah pembuluh darah terkecil yang menghubungkan arteri dan vena.

Kapiler memiliki diameter sekitar 5 mikrometer, yang kurang dari sepertiga lebar rambut uban.

Pada bait pertama, penyair mengungkapkan kerinduan kapiler untuk memompa zikir pada pembuluh darah.

Penyair bertanya-tanya bagaimana bisa kapiler kehilangan waktu untuk membaca cinta yang sekecil 5 mikrometer.

Cinta yang dimaksud adalah cinta Allah kepada manusia.

Pada bait kedua, penyair mengungkapkan bahwa zikir kapiler semakin menjadi.

Zikir itu membaca keabadian pada dinding kapiler yang hanya setebal satu sel.

Dinding kapiler adalah dinding rahasia yang tercipta dari sel-sel endotel.

Sel-sel endotel ini menjadi imam oksigen, nutrisi, dan limbah untuk khusyuk berkhalwat ke dan dari sel-sel jaringan.

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Pengantin Palestina

Pada bait ketiga, penyair bertanya siapakah dirinya.

Penyair menyebut dirinya sebagai binatang yang berdiri tegak dengan dua kaki dan menjadi buah bibir para malaikat saat hendak didaulat menjadi khalifah di muka bumi.

Makna Transendetal Puisi Zikir

Puisi Zikir dapat dimaknai sebagai sebuah refleksi tentang makna kehidupan manusia.

Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah dengan cinta yang besar.

Cinta Allah itu mengalir melalui kapiler-kapiler kehidupan manusia.

Kapiler-kapiler kehidupan manusia itu adalah semua hal yang ada dalam hidup manusia, baik yang besar maupun yang kecil.

Semua hal itu adalah anugerah Allah yang harus disyukuri.

Manusia harus selalu mengingat cinta Allah dalam setiap langkah hidupnya.

Zikir adalah salah satu cara untuk mengingat cinta Allah. Zikir dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan lisan, hati, maupun perbuatan.

Tafsir Sufistik Puisi Zikir

Puisi Zikir karya Gus Nas Jogja adalah sebuah puisi yang indah dan penuh makna.

Puisi ini menggunakan metafora kapiler untuk menggambarkan perjalanan spiritual manusia.

Dalam puisi ini, kapiler digambarkan sebagai pembuluh darah yang membawa zikir ke seluruh tubuh.

Zikir adalah inti dari perjalanan spiritual manusia, yaitu mengingat Allah SWT.

Pada bait pertama, penyair mengungkapkan kerinduannya pada kapiler.

Ia merasa telah kehilangan waktu untuk membaca cinta Allah SWT, yang digambarkan sebagai sesuatu yang sangat kecil, yaitu sebesar 5 mikrometer.

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Negeri Para Nabi

Pada bait kedua, penyair mengungkapkan bahwa zikirnya semakin bertambah.

Ia semakin menyadari keabadian Allah SWT, yang digambarkan sebagai sesuatu yang sangat tipis, yaitu setebal satu sel.

Pada bait ketiga, penyair mengungkapkan bahwa kapiler adalah dinding rahasia yang tercipta dari sel-sel endotel.

Dinding rahasia ini menjadi imam bagi oksigen, nutrisi, dan limbah, yang mengalir secara khusyuk ke dan dari sel-sel jaringan.

Pada bait keempat, penyair bertanya tentang siapa dirinya.

Ia adalah manusia yang berdiri tegak dengan dua kaki dan menjadi buah bibir para malaikat saat hendak didaulat menjadi khalifah di muka bumi.

Makna Spiritual Puisi Zikir

Secara umum, puisi "Zikir" menggambarkan perjalanan spiritual manusia yang harus selalu mengingat Allah SWT.

Perjalanan ini tidak mudah, karena membutuhkan waktu dan usaha yang keras.

Namun, perjalanan ini akan membuahkan hasil yang luar biasa, yaitu keabadian bersama Allah SWT.

Puisi ini juga mengandung pesan moral bahwa manusia harus selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT.

Allah SWT telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk dan menjadikannya sebagai khalifah di muka bumi.

Oleh karena itu, manusia harus selalu berusaha untuk menjadi khalifah yang baik, yaitu yang selalu mengingat dan taat kepada Allah SWT.

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Berguru Pada Puisi, Bercanda dengan Pemilu

Analisis Estetik Puisi Zikir

Puisi Zikir menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Namun, puisi ini tetap mengandung makna yang mendalam.

Puisi ini juga menggunakan metafora yang tepat dan efektif untuk menggambarkan perjalanan spiritual manusia.

Puisi ini memiliki rima yang teratur dan ritme yang indah. Hal ini membuat puisi ini enak dibaca dan mudah diingat.

Secara keseluruhan, puisi Zikir adalah sebuah puisi yang indah, penuh makna, dan bermanfaat.

Puisi ini dapat menjadi inspirasi bagi setiap orang untuk selalu mengingat Allah SWT dan berusaha menjadi khalifah yang baik.

Analisis Kauniyah

Puisi Zikir karya Gus Nas Jogja merupakan sebuah refleksi tentang hakikat manusia.

Dalam puisi ini, penyair menggambarkan kapiler sebagai simbol dari zikir, yaitu amalan yang dilakukan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Kapiler adalah pembuluh darah yang terkecil di tubuh manusia, dan memiliki diameter hanya sekitar 5 mikrometer.

Dengan ukuran yang sangat kecil, kapiler dapat mengalirkan darah ke seluruh tubuh manusia.

Pada bait pertama, penyair mengungkapkan kerinduan kapiler untuk memompa zikir pada pembuluh darah manusia.

Hal ini menunjukkan bahwa zikir merupakan amalan yang sangat penting bagi manusia.

Zikir dapat menjadi sumber kekuatan dan energi bagi manusia untuk menjalani kehidupan.

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Pahlawan Kesiangan

Pada bait kedua, penyair mengungkapkan bahwa zikir dapat membawa manusia kepada cinta.

Zikir dapat membantu manusia untuk menyadari keagungan Allah dan cinta-Nya.

Cinta Allah yang abadi dapat memberikan ketenangan dan kedamaian bagi jiwa manusia.

Pada bait ketiga, penyair menggambarkan dinding kapiler sebagai simbol dari keabadian.

Dinding kapiler hanya setebal satu sel, tetapi memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan manusia.

Dinding kapiler menjaga agar darah tetap mengalir dengan lancar, sehingga nutrisi dan oksigen dapat sampai ke seluruh tubuh.

Pada bait keempat, penyair menggambarkan kapiler sebagai imam yang memimpin oksigen, nutrisi, dan limbah untuk berkhalwat ke dan dari sel-sel jaringan.

Hal ini menunjukkan bahwa zikir dapat menjadi pemimpin yang mengarahkan manusia untuk menjalani kehidupan yang baik dan bermanfaat.

Pada bait terakhir, penyair bertanya tentang hakikat manusia.

Manusia adalah makhluk yang berdiri tegak dengan dua kaki, dan memiliki akal dan pikiran yang sempurna.

Manusia juga merupakan makhluk yang dimuliakan oleh Allah, dan menjadi khalifah di muka bumi.

Secara keseluruhan, puisi Zikir merupakan sebuah puisi yang indah dan sarat makna.

Baca Juga: Puisi Gus Nas : Hujan Kepalsuan

Puisi ini mengajak manusia untuk menyadari pentingnya zikir dalam kehidupan. Zikir dapat menjadi sumber kekuatan, energi, cinta, keabadian, dan kepemimpinan bagi manusia.

Berikut adalah beberapa interpretasi lain dari puisi ini:

Puisi ini dapat diartikan sebagai sebuah kritik terhadap manusia yang lupa akan hakikatnya sebagai makhluk yang beriman.

Manusia seringkali larut dalam kesenangan duniawi, dan melupakan kewajibannya untuk beribadah kepada Allah.

Puisi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah pengingat bahwa manusia adalah makhluk yang lemah dan terbatas.

Manusia membutuhkan pertolongan Allah untuk menjalani kehidupan.

Puisi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah harapan bahwa manusia akan kembali kepada Allah.

Manusia akan menyadari pentingnya zikir dan beribadah kepada Allah.

Interpretasi dari puisi ini tentu dapat berbeda-beda, tergantung pada latar belakang dan pengalaman pembaca.

Namun, secara umum, puisi ini merupakan sebuah karya yang indah dan menggugah hati. ***

Editor: Chaidir

Tags

Terkini

Terpopuler