Jepang Diminta Ajarkan Bertani ‘Smart Farming’ untuk Petani Muda Indonesia

- 5 Mei 2024, 13:50 WIB
Smart farming
Smart farming /Ilustrasi : Istimewa

 

DESK DIY - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Rachmat Gobel, meminta Jepang untuk menerima petani muda Indonesia untuk belajar bertani “smart farming” di negaranya.

Smart farming adalah suatu konsep pertanian yang menggunakan teknologi digital dan informasi untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan keberlanjutan dalam produksi tanaman dan peternakan. Smart farming menggabungkan berbagai teknologi seperti Internet of Things (IoT), sensor, robotika, dan analitik data untuk memantau dan mengontrol lingkungan pertanian.

“Bukan untuk bekerja dan juga bukan untuk sekolah, tapi belajar praktik bertani yang baik dan berkualitas serta smart farming kepada petani muda Indonesia. Cukup satu tahun saja,” kata Rachmat Gobel dalam siaran persnya, Minggu (5 April 2024).

Baca Juga: Siemens Indonesia Executive Summit: Mendorong Keberlanjutan Melalui Inovasi Teknologi

Hal itu ia sampaikan Rachmat Gobel saat menerima delegasi dari partai berkuasa di Jepang, Liberal Democratic Party (LDP). Delegasi dipimpin oleh Ketua Badan Riset Kebijakan LDP, Tokai Kisaburo. Sedangkan anggota delegasinya antara lain Ketua Harian Badan Riset Kebijakan LDP Shibayama Masahito dan Kepala Sekretariat Badan Riset Kebijakan LDP Nakai Toyoron.

Hadir pula Wakil Dirjen untuk urusan Asia Tenggara dan Asia Barat Daya Kementerian Luar Negeri Jepang Hayashi Makoto serta Duta Besar Jepang untuk Indonesia Yasushi Masahi.

Gobel mengatakan, dunia sedangkan dihadapkan pada krisis pangan akibat perubahan iklim dan konflik geopolitik dunia. Perubahan iklim berdampak pada hadirnya cuaca panas yang tinggi atau curah hujan yang berlebihan dan tidak pasti. Sedangkan konflik geopolitik berdampak pada kenaikan harga pupuk yang tinggi.

Semua itu berakibat Indonesia melakukan impor beras dengan jumlah yang sangat besar. Padahal Indonesia adalah negara agraris, memiliki lahan yang luas, tanah yang subur, dan jumlah petani yang besar. Namun faktanya Indonesia harus impor beras dari berbagai negara seperti Myanmar, Vietnam, Thailand, India, dan China.

Halaman:

Editor: Chaidir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah