Prihatin Dengan Kondisi NU, Nahdliyin Nusantara Gelar Mubes di Yogyakarta

- 27 Januari 2024, 19:57 WIB
Jumpa pers Nahdliyin Nusantara yang akan menggelar Mubes di Yogyakarta
Jumpa pers Nahdliyin Nusantara yang akan menggelar Mubes di Yogyakarta /Foto : Chaidir

DESK DIY - Prihatin dengan kondisi organisasi Nahdlatul Ulama (NU) pada akhir-akhir ini, Gus dan Kiai NU yang berhimpun dalam payung Nahdliyin Nusantara menggelar Musyawarah Besar (Mubes) di Yogyakarta, Minggu 28 Januari 2024.

Keprihatinan mereka dengan kondisi akhir-akhir ini yang dinilai menggerus NU hingga terhanyut dalam arus perpolitikan jelang pemilu 2024 dan berdampak pada rusaknya Khittah NU.

Dalam jumpa pers di Cafe Ra Kopiran, Krapyak Bantul, Ketua Pelaksana Musyawarah Besar Nahdliyin Nusantara, Tuan Guru Haji Hasan Bashri Marwa mengatakan, Mubes kali ini merupakan yang kedua kali setelah terakhir 20 tahun lalu. Saat itu pada 2004, menurut Hasan Basri, digelar Mubes serupa sebelum Muktamar NU 31 Solo, di Pesantren Babagan Ciwaringin Cirebon.

Baca Juga: Budi Waljiman Ajak Masyarakat Gunakan Hak Pilih untuk Tentukan Nasib Bangsa 5 Tahun Ke Depan

"Konteks saat itu tak jauh beda dengan tahun ini, di mana pengawalan Khittah NU. KH Hasyim Muzadi saat itu mencalonkan sebagai cawapres Megawati Soekarnoputri. Kali ini juga demikian, bentuk kritik atas pelanggaran Khittah NU. Gus-gus dan Kiai yang selama ini prihatin dengan keadaan bangsa secara umum dan jamiyah Nahdlathul Ulama bergerak. Jangan sampai NU menjadi organisasi perdagangan atau berkutat pada masalah perpolitikan. Kami mengingingkan khittah teguh dan dikawal, sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan, dipandu ulama dengan kekuatan keulamaannya," ujar Hasan Bashri

Ada beberapa hal mendasar yang membuat para gus dan kiai menggelar Mubes di Yogyakarta, jelang Konbes NU dan Harlah NU ke-101 di Yogyakarta pada tanggal 28-30 Januari. Dasar bersama Khittah NU ditambah berita dan video-video yang beredar di tengah warga NU banyak, memperlihatkan sekali Pengurus Harian NU dan Banom-Banomnya yang terlibat dalam aktivitas dukung mendukung Calon Presiden dan Wakil Presiden tertentu secara terbuka.

"Hal ini sungguh sangat meresahkan para Nahdliyin, karena penggunaan jamiyah untuk kepentingan politik praktis. Dasar nilai-nilai keulamaan, yang berpijak pada ahlussunah wal jama'ah an-Nahdliyyah, menegaskankan arti pentingnya amar ma’ruf nahi munkar, sehingga memberikan pengertian nilai-nilai ulama yang berpijak pada Ahlusunnah waljamaah adalah nilai-nilai ulama yang berpijak pada keilmuan, kejujuran, keteladanan, kerahmatan, dan mengayomi (riayatul ummah) juga tak kami lihat," tambah Sekretaris Mubes Nahdliyin Nusantara, Zuhdi Abdurrahman.

Baca Juga: Sinergi LPS dan MA, Upaya Serius Berikan Perlindungan dan Kepastian Hukum Kepada Nasabah

Tak hanya itu, Nahdliyin Nusantara juga melihat bahwa dasar-dasar politik Ahlussunnah Wal Jama'ah an-Nahdliyyah, bukan untuk mencari kemenangan-kemenangan kekuasaan, tetapi untuk menegakkan nilai-nilai moral di dalam pengelolaan kekuasaan, keadilan dan berdemokrasi yang bersih dari suap menyuap juga tak lagi muncul.

Halaman:

Editor: Chaidir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x