Menghadapi Ganasnya Pasar Bebas, Jatam Klaten Terbentuk

- 22 Mei 2023, 09:05 WIB
Rapat pembentukan Jatam Klaten.
Rapat pembentukan Jatam Klaten. /Foto : dok. Wahyudi Nasution

Banyak tanggapan yang mengemuka atas ajakan Pak Bei. Zubaidi, petani padi organik dan aktivis Komunitas Rise-Mill Klaten menyampaikan betapa posisi petani memang sangat lemah dan dilemahkan. Di on-farm, petani selalu dihadapkan pada masalah kelangkaan pupuk dan hama yang datang silih-berganti.

"Cerita tentang kelangkaan pupuk subsidi sudah biasa kita dengar sehari-hari. Di off-farm pun lebih ngeri lagi. Harga jual hasil panen selalu dibatasi sehingga petani tidak bisa untung," kata Zubaidi.

Baca Juga: Kebangkitan Nasional, Apa dan Siapa yang Harus Bangkit?

"Para lelaku usaha rise-mill di desa-desa lebih gawat lagi. Saat ini kita menghadapi ancaman serius munculnya pabrik-pabrik beras skala besar dengan kapasitas serapan 100 truk alias 1.000 ton Gabah Kering Panen (GKP) perhari. Cepat atau lambat, usaha-usaha rise-mill skala kecil milik rakyat akan gulung tikar karena tidak kebagian pekerjaan. Jadi, saya setuju sekali bila ada kepedulian dari Muhammadiyah melalui Jatam ini," lanjut Zubaidi.

Akbar Mahali, pelaku dan penggerak usaha ternak kambing bridding dan susu di Wonosari, mengemukakan betapa sektor peternakan juga sangat memprihatinkan. Peternak unggas sangat tergantung permainan pabrik-pabrik DOC, pakan, dan obat-obatan. Peternak sapi juga sulit berkembang karena para pemilik modal lebih memilih impor sapi dari Australia dan New Zeland untuk menuhi kebutuhan daging di pasaran.

"Belum lagi soal virus PMK dan Lato-Lato yang terbaru. Pemerintah sangat terlambat mengantisipasi," kata Akbar. "Kalau mau aman, petani anggota Jatam nanti mending kita ajak beralih ke ternak kambing atau domba. Terserah mau kambing susu atau pedaging. Itu lebih aman. Kebutuhan pasar pun sangat tinggi sehingga harganya relatif bagus," Akbar menambahkan.

Baca Juga: Pemda DIY – Universitas Sogang Korea Selatan Optimalkan Kerjasama Sains Dan Teknologi

Kabul Subahid, mantan aktivis HKTI Klaten yang sekarang aktif mengembangkan budidaya atsiri di berbagai daerah, menyambut baik bila dibentuk Jatam Klaten. "Dengan kekuatan jaringan organisasi yang rapi dan amal usaha luar biasa banyaknya, Muhammadiyah pasti bisa menolong nasib petani," kata Kabul optimis.

Yuwono Haris, alumni Teknik Nuklir UGM yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Kecamatan Gantiwarno, menyambut gembira atas undangan yang diterimanya.

"Dulu, saya yang memprovokasi Pak Nusanto dan kawan-kawan agar melakukan pemuliaan varietas Rojolele. Kita gandeng BATAN untuk itu. Dengan teknologi nuklir, varietas khas Klaten ini bisa kita perpendek usia tanamnya, dari 520 hari menjadi 108 hari, dengan rasa dan wanginya tetap sama," Haris mengenang sejarah 10 tahun lalu. "Jadi, saya sangat mendukung bila Muhammadiyah, persyarikatan yang usianya lebih tua dari Indonesia, sebagai organisasi yang kaya SDM dan amal usaha ini, mengajak para petani untuk bersama-sama berjamaah di Jatam dan berjuang mencapai kesejahteraan bersama," imbuh Haris.

Halaman:

Editor: Chaidir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x