Obrolan Loper Koran dan Pak Bei Soal Jurus Andalan 3-T Orang Politik

- 29 April 2023, 11:46 WIB
/Ilustrasi : Pixabay

DESK DIY -- Kembali omongan Narjo bikin hati Pak Bei jadi gundah. Bagi Pak Bei, suara Narjo itu bagaimana pun suara jamaah, suara rakyat, suara akar rumput yang perlu didengar dan disikapi dengan bijak. Bila tidak, rumput bisa jadi kering dan mudah tersulut api, lalu mubal dan membakar apa saja di sekitarnya. Maka yang harus dilakukan adalah menyiramnya dengan air, biar dingin, agar tetap hijau dan tidak mudah terbakar.

"Menjelang 2024 ini Muhammadiyah harus waspada lho, Pak Bei," kata Narjo setelah melemparkan koran ke lantai teras.

"Memangnya ada apa, Kang?"

"Ini cuma panggraito saya lho, Pak Bei. Belum tentu benar."

"Iya, soal apa?"

"Upaya memecah-belah umat ini masih terus berlanjut. Muhammadiyah harus waspada," kata Narjo sambil duduk nglesot di lantai setelah mematikan mesin motornya.

Baca Juga: Gunung Api Purba Nglanggeran Gunungkidul Kian Memesona Wisatawan

"Ada apa, Kang?"

Kang Narjo mulai ngoceh tentang adanya upaya memecah-belah umat sejak dulu hingga sekarang. Umat Islam diadu-domba terus, katanya. Yang bersuara kritis dibungkam, organisasinya dibekukan sebagai orpol atau ormas terlarang.

Sayangnya, gaya bahasa Narjo kali ini agak sasar-susur, diksinya kurang tertata. Mungkin karena terbawa emosi, atau karena mulutnya masih terasa pahit. Maklum, dia sudah keluar rumah sejak bakda shubuh dalam kondisi perut masih kosong. Menyadari kondisi sahabatnya itu, Pak Bei pun tanggap sasmita, lalu beranjak ke dalam menyuruh anaknya membuatkan minum panas.

Tak berapa lama, Zika anak gadis Pak Bei sudah keluar membawa nampan dengan dua gelas kopi dan sepiring pisang kepok rebus yang masih hangat.

Baca Juga: Memaknai Bulan Mei yang Mendebarkan

"Monggo minum dulu, Pak Narjo," kata Zika mempersilakan.

Narjo pun langsung menuangkan kopi panas ke lepek, ditunggu beberapa detik agar panasnya berkurang, lalu diseruputnya kopi hangat itu pelan-pelan dengan nikmatnya.

"Saya khawatir visi berkemajuan malah berubah jadi berkemunduran, Pak Bei"

"Kok bisa, Kang?"

"Lihat saja. Nanti idiom 'berkemajuan' akan dipakai orang-orang politik untuk menyihir warga Muhammadiyah agar memilih calon presidennya."

"Caranya bagaimana, Kang?"

"Nanti akan ada politisi yang kebetulan juga elit di persyarikatan Muhammadiyah bikin kelompok relawan atau tim sukses untuk menggiring warga Muhammadiyah memilih capresnya. Idiom Muhammadiyah seperti Berkemajuan dan Bersinar, misalnya, akan diambil sebagai nama timses. Akan ada nama timses seperti GP-Berkemajuan atau ABW-Bersinar, atau apapun yang bikin warga Muhammadiyah kesengsem, terpesona."

Baca Juga: Malam Ini Muhammadiyah Kota Yogyakarta Nanggap Wayang Kulit dengan Lakon Hasta Brata

"Ah mosok sampai begitu, Kang?'

"Pak Bei lihat saja nanti. Ingat, orang politik punya jurus andalan 3-T."

"Apa itu?"

"Tegel atau tega, Teteg atau gak malu-malu, dan Tipu-tipu alias suka bohong."

"Gitu ya, Kang."

"Saya cuma khawatir, Pak Bei. Selama ini Muhammadiyah dicoba terus dibenturkan dengan tetangga sebelah dan pemerintah. Dibangun kesan seolah Muhammadiyah tidak taat pada pemerintah hanya karena beda tanggal Idul Fitri. Lalu sebentar lagi kita akan memasuki masa kampanye Pemilu dan Pilpres. Bila tidak hati-hati, nanti antar-aktivis Muhammadiyah akan berantem karena beda pilihan partai dan capres."

"Wah matur nuwun, Kang. Panggraitamu layak menjadi perhatian."

"Saya cuma berharap Muhammadiyah bisa tetap menjadi perekat persatuan umat dan bangsa, Pak Bei. Orang-orang pintar jangan mau dibodohi. Jangan ikut berpecah-belah hanya untuk hal-hal sepele, sesaat, dan kadonyan seperti Pemilu dan Pilpres. Harus diingatkan agar orang-orang Muhammadiyah yang aktif di parpol jangan ikut awur-awuran dalam berpolitik. Tetaplah pakai akhlaq, pakai etika. Jangan asal menang partai dan jagonya."

Baca Juga: Zoom Poetry Reading Hadirkan Artis dan Akademisi Bacakan Puisi-Puisi Karya Gus Nas

"Ya, Kang. Matur nuwun banget. Insya Allah teman-temanku paham soal itu."

"Kecuali yang ndableg ya, Pak Bei?"

"Ya mungkin tetap ada yang ndableg, tapi sedikit. Tenang wae, Kang. Matur nuwun, ya."

"Ya sudah, Pak Bei. Aku lanjut bertugas dulu, ya. Terima kasih kopi dan pisang godhoknya."

Narjo tampak lega meninggalkan nDalem Pak Bei dengan beban pikiran yang sudah agak berkurang. Semoga Narjo selalu sehat dan tetap setia melayani pelanggannya. (Wahyu Nasution)

Editor: Chaidir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x