Memaknai Bulan Mei yang Mendebarkan

29 April 2023, 06:05 WIB
Reformasi setengah hati yang menyebabkan sekian tahun cita-cita reformasi kandas dan dibajak oleh para pahlawan kesiangan /Ilustrasi : Pixabay

Oleh Mustofa W Hasyim

Bulan Mei selalu mendebarkan untuk dimasuki dan dijalani
Betapa tidak, diawali dengan Hari Buruh ketika UMR di sebuah sudut negeri tidak kunjung naik
apalagi mampu mengejar angka inflasi yang merambat naik meski tampak terkendali
maka wajar kalau kemiskinan dan kesenjangan selalu mewarnai setiap tarikan nafas warganya

Kemudian pada minggu-minggu awal saya ingat dengan kelahiran dan kebangkitan organisasi pelajar beragama yang membina kemampuan untuk memahami dan menyelesaikan masalah dirinya sendiri dan masyarakatnya

sekarang masih bergerak termasuk veteran aktivisnya walau tidak semenggelora di zaman dahulu.

Pada minggu-minggu awal pula saya ingat, tujuh puluh dua tahun lalu lahir organisasi pengajian anak-anak lokal yang membangun suasana pawiyatannya dengan penuh semangat kebersamaan, kegembiraan bersama anak-anak sehingga terasa beragama menjadi sesuatu yang yang menyegarkan dan mencerdaskan dan mencerahkan
muncul para pemimpin lokal yang bisa dengan tangkas mengajak untuk memahami dan mengatasi masalah tanpa berteriak gaduh tetapi dengan lembut, santun dan berdaya guna. Sekarang organisasi pengajian anak-anak ini telah bertransformasi menjadi gerakan taman pendidikan di masjid-masjid dan sekitarnya.

Baca Juga: Malam Ini Muhammadiyah Kota Yogyakarta Nanggap Wayang Kulit dengan Lakon Hasta Brata

Pada setelah pertengahan bulan Mei dengan sedih teringatlah saya bahwa pernah ada reformasi setengah hati yang menyebabkan sekian tahun cita-cita reformasi kandas dan dibajak oleh para pahlawan kesiangan pahlawan kesorean dan pahlawan kemalaman yang membuat hawa dan suasana kehidupan kembali ke masa sebelum reformasi dimana debu-debu korupsi memasuki pernafasan bangsa, karat-karat kolusi memacetkan mesin keadilan dan jeratan nepotisme memenjarakan kembali peluang-peluang untuk memperbaiki masa depan oleh generasi segar tanpa prasangka dan oleh generasi yang lebih cerdas dan lebih berhati nurani.

Pada tanggal-tanggal mendekati sepertiga sisa bulan saya selalu bangga karena pernah lahir generasi yang berani membangkitkan kesadaran berbangsa di masyarakat yang diawali dengan tahun tahun kebangkitan ekonomi lokal.

Dengan suburnya kesadaran kebangkitan bangsa maka pada menjelang akhir tahun tigapuluhan di abad dua puluh para pemuda se-Nusantara membuat terobosan jenius dengan menulis puisi besar bernama Sumpah Pemuda.

Baca Juga: Zoom Poetry Reading Hadirkan Artis dan Akademisi Bacakan Puisi-Puisi Karya Gus Nas

Di bulan Mei pada tanggal-tanggal akhir selalu diperingati dan diteriakkan semangat kebangkitan bangsa secara nasional.

Saya akhir-akhir ini selalu bertanya kepada diri sendiri, yang bangkit dari bangsa ini apanya?

Kemandirian menyelesaikan masalah tanpa direcoki oleh kekuatan dari barat dan dari timur?

Kemandirian dalam segala hal yang dapat memuluskan bangsa ini memasuki seratus tahun kemerdekaan di tahun duaribu empat puluh lima nanti dengan penuh kejayaan bangsa karena cita-cita bersama kita sebagai bangsa telah tercapai sebagaimana dengan tegas ditulis dalam pembukaan konstitusi dasar kita?

Baca Juga: Festival Klangenan Bantul, Upaya Lestarikan Kebudayaan dan Kembangkan Kearifan Lokal

Ketika pertanyaan-pertanyaan itu sesungguhnya memiliki kekuatan sebagai doa saya pun mengamini dengan sekuat kata dan jiwa.

Inilah yang membuat saya siap dan debaran jantung berubah menjadi tenang dan tenteram ketika memasuki bulan Mei dan bulan bulan selanjutnya. ***

Editor: Mustofa W Hasyim

Tags

Terkini

Terpopuler