Tradisi 'Ujung' yang Tak Tergerus Zaman

24 April 2023, 12:17 WIB
Tradisi /Foto : Aris Munandar

DESK DIY -- "Ujung" atau saling mengunjungi sanak saudara, handau tolan, para tetangga, dan kerabat jauh maupun dekat adalah kata yang tepat diucapkan pada bulan Syawal, atau Lebaran di hampir seluruh pelosok negeri ini, terutama khusus di wilayah Jawa Tengah.

Kata "ujung" menjadi kunci dalam perbendaharaan bahasa di suasana Iedul Fitri dari tahun ke tahun. "Ujung" adalah bahasa Indonesia yang dijawakan dengan kata awal saling mengunjungi, disingkat "ujung". Seperti kata salah satu kerabat yang kebetulan kami kunjungi dalam rangka merayakan idul fitri 1444 H.

"Wis tekan ngendi le 'ujung' lee?" Katanya.
Begitu kata pembuka "ujung" diucapkan dengan singkat. Maka jawaban yang keluar akan menyebutkan banyak nama, saudara dekat, saudara jauh yang terucap.

Baca Juga: Tujuh Makna Idul (Kembali) Fitri

Itulah kata "ujung" menjadi kunci dalam merayatakan hari bahagia di bulan Syawal ini, meskipun masih banyak kata lain seperti: dingapuro yo, maaf lahir batin, pendongane, minta restu, saling memaafkan, semoga masih bisa dipertemukan dengan Lebaran di tahun depan, dan bahasa baku basa basi silaturahmi lainnya.

Di dalam menjalankan ritual "ujung" ini, hampir merata seluruh rumah di kampungku, Dusun Tulung, Kelurahan Pasuruhan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah, dikunjungi dan didatangi satu persatu.

Dalam sehari belum tentu dengan total 100 KK bisa terkunjungi secara merata. Karena ketika "ujung" tidak hanya sekedar minuman yang dihidangkan, tapi juga makan besar bersama opor ayam atau Ingkung, yang tersedia tertata rapi di meja makan.

Baca Juga: Diungkap Dr Aguk Irawan, Ternyata Asal Usul Halal Bihalal Sudah Ada Sejak Jaman Walisongo

Jadi dalam sehari melakukan aktivitas "ujung" makan besar bisa sampai puluhan kali, hampir rata rata setiap rumah menawari makan besar. Dan tawaran itu tentu saja tidak bisa ditolak mentah mentah karena akan dikira merendahkan atau menghina tuan rumah.

Terpaksa, makan sekedarnya sambil mencicipi masakan berbagai rasa dari tetangga. Bagi yang mencintai kuliner tentu akan senang menikmati rasa masakan dari berbagai macam tangan. Seperti sedang menghitung berapa rumah yang masakannnya paling enak dan sesuai selera.

Semua Bahagia

Di hari pertama sampai hari ketujuh, suasana Lebaran begitu terasa. Semua merasa bahagia, saling kunjung mengunjungi sanak saudara. Semua menampakkan senyum lebarnya, yang biasanya masam muka, jadi murah senyum. Yang biasanya pelit jadi dermawan, yang biasanya irit soal makanan jadi jor-joran dalam mengeluarkan 'nyamikan' di meja ruang tamu.

Baca Juga: Malioboro Padat Kendaraan, Jangan Berikan Toleransi kepada Juru Parkir dan PKL yang Nuthuk

Nilai ibadah yang luar biasa selama seminggu di bulan Syawal ini. Tidak permusuhan, tidak ada perselisihan. Semua persoalan dan dendam ditunda dalam suasana Lebaran yang syahdu penuh persaudaraan.

Jalanan besar, jalanan kampung, jalanan gang gang, masih penuh sesak. Manusia hilir mudik keluar masuk rumah, kadang sampai antre untuk bisa berzalaman dengan empunya rumah. Baju bersih bersih, wajah klimis-klimis, semua serba baru, semua serba grees termasuk rambut-rambut di kepala yang tadinya awut-awutan, kini mereka cerita, klimis, baju rapi setrikaan, dan berdandan santun, masuk rumah, mengucapkan selamat hari raya Iedul Fitri 1444 H. Mohon maaf lahir dan batin. (Aris Munandar)  ***

Editor: Chaidir

Tags

Terkini

Terpopuler