Sastra Mampu Mencerdaskan dan Membangun Peradaban

18 Maret 2023, 08:42 WIB
Dari kiri ke kanan: Ahmad Charis Zubair, Mustofa W Hasyim, Erwito Wibowo dan moderator Dinar Syaka. /Foto : Istimewa

DESK DIY, Yogya -- Sastra dapat mencerdaskan masyarakat. Dengan membaca karya sastra, warga masyarakat bisa meningkatkan kemampuan berfikirnya sampai ke level simbolik. Dengan demikian bisa menjangkau makna dan nilai di balik fakta yang telah diolah menjadi karya sastra.

Menurut budayawan Kuntowijoyo proses itu disebut transendensi. Proses yang bisa membebaskan manusia dari kubangan fakta fakta yang sering menjenuhkan. Dari proses ini peradaban sebuah masyarakat bisa dibangun.

Warga masyarakat yang suka membaca, masih menghargai agama kemudian mengasah ketrampilan menulis sastra punya potensi membangun peradaban.

Baca Juga: Limapuluh Satu Pedagang Siap Melayani Pengunjung Pasar Sore Ramadhan Kauman

Masyarakat Kotagede pernah menjadi model masyarakat beradab seperti ini. Banyaknya perpustakaan, tingginya semangat beragama dengan kualitas amal saleh sosial lewat ikhtiar pendidikan. Ditambah keterbukaan dalam membangun dialog intelektual dan spiritual dengan para tokoh sastrawan, budayawan serta agamawan yang berpandangan luas.

Pada proses berikutnya, lahir karya sastra yang berkualitas. Ditulis oleh warga masyarakat yang telah mendapatkan pencerahan dari membaca karya sastra dan dari pergumulan sosialnya ketika mengedukasi masyarakat lewat pengajian dan pendidikan misalnya. Khususnya pengajian bertema budaya dan sosial.

Mereka bergerak secara komunal. Masyarakat Kotagede waktu itu, tahun 1950-ansampai 1980-an memang masih merupakan masyarakat komunal.

Baca Juga: Buka Peluang Investasi, Smart City Expo 2023 Digelar Mei

Demikian kesimpulan awal dari sarasehan menggali potensi sastra budaya masyarakat Kotagede dan bagaimana membangun kembali ekosistem sastra yang kondusif yang diselenggarakan berkat kerjasama Kelompok Seni Budaya Sastra Mbeling dengan Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta di kampung Dolahan Kotagede, Jumat malam (17 Maret 2023).

Dalam sarasehan yang disebut obrolan angkringan yang dihadiri warga masyarakat pecinta sastra dan mahasiswa ini kemudian terungkap bagaimana dengan munculnya perkembangan teknologi komunikasi, handphone dengan aplikasi medsos justru membuat ekosistem sastra ini berantakan.

Warga masyarakat mengalami proses kemunduran dalam hal srawung karena masing masing orang sibuk bermain gatget. Nyaris tidak ada lagi pertemuan sosial, apalagi pertemuan ide antaranggota masyarakat. Masing-masing warga telah masuk kotak komunikasi bernama medsos. Kalau ada yang bermain sastra di situ tetap sulit meningkatkan kualitas sastranya.

Baca Juga: Menteri Investasi: Singapura Mendominasi Investasi di Indonesia

Ketiga narasumber yaitu Ahmad Charis Zubair, Mustofa W Hasyim, Erwito Wibowo kemudian sepakat untuk untuk membangun kembali ekosistem sastra di Kotagede lewat pertemuan, dialog, pelatihan sastra dan mengefektifkan lomba sastra tahunan sebagai ruang srawung sastra. Juga dilengkapi dengan banyaknya pertunjukan sastra. Dengan demikian karya sastra bisa dinikmati oleh masyarakat luas.


Sebelum obrolan angkringan yang membahas relasi antara sastra dengan masyarakat Kotagede dimulai, terlebih dahulu ditampilkan kegiatan pertunjukan sastra berupa baca puisi berbahasa Indonesia dan monolog berbahasa Jawa yang disebut ngudarasa. Penampilan pertunjukan sastra dari kalangan muda ini mendapat sambutan hangat dari hadirin.

Dwi dari Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta menyatakan puas dengan acara ini dan mengatakan acara semacam ini bisa menjadi embrio dari festival sastra yang akan diselenggarakan di Yogyakarta tahun ini. ***

Editor: Chaidir

Tags

Terkini

Terpopuler