Puasa dalam Teologi Jawa: Menjelajahi Makna Spiritual dan Budaya

- 14 Maret 2024, 09:00 WIB
Puasa bermakna melatih diri untuk mengendalikan hawa nafsu, emosi, dan pikiran negatif.
Puasa bermakna melatih diri untuk mengendalikan hawa nafsu, emosi, dan pikiran negatif. /Ilustrasi Pixabay

Oleh: Gus Nas Jogja

DESK DIY - Puasa, sebuah ritual menahan diri dari hawa nafsu, bukan hanya sebuah kewajiban agama dalam Islam, tetapi juga memiliki akar budaya yang kuat dalam tradisi Jawa. Dalam Teologi Jawa, puasa dimaknai sebagai sebuah perjalanan spiritual dan budaya yang kaya dengan berbagai dimensi yang saling terkait.

1. Dimensi Spiritual sebagai Penaklukan Hawa Nafsu: Puasa bermakna melatih diri untuk mengendalikan hawa nafsu, emosi, dan pikiran negatif. Hal ini membantu mencapai kesucian jiwa dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

* Dimensi Penyucian Diri: Puasa diyakini dapat membersihkan diri dari dosa dan kotoran batin, baik secara fisik maupun spiritual.

* Jalan Lurus Meningkatkan Ketakwaan: Puasa membantu meningkatkan rasa syukur dan kepasrahan kepada Tuhan, serta memperkuat keimanan dan keyakinan.

Baca Juga: Sri Sultan HB X Ungkap Sejarah Berdirinya Daerah Istimewa Yogyakarta

2. Dimensi Budaya: Menapaki Jejak Leluhur: Puasa merupakan tradisi leluhur Jawa yang diwariskan turun-temurun, sebagai wujud penghormatan dan pelestarian budaya.

* Keikhlasan Menjalin Solidaritas: Puasa menjadi momen untuk mempererat hubungan sosial dan menjalin solidaritas dengan sesama, terutama bagi mereka yang kurang mampu.

* Perjuangan Melestarikan Kearifan Lokal: Puasa mencerminkan nilai-nilai luhur budaya Jawa seperti kesederhanaan, disiplin, dan pengendalian diri.

Halaman:

Editor: Chaidir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x