Kalatida dan Kalabendu: Refleksi dari Pidato WS Rendra

- 15 Februari 2024, 03:06 WIB
WS Rendra.
WS Rendra. /WS Rendra


Oleh: Gus Nas Jogja


DESK DIY - Pidato WS Rendra berjudul "Megatruh Kambuh: Renungan Seorang Penyair dalam Menanggapi Kalabendu" memberikan refleksi mendalam mengenai kondisi bangsa Indonesia.

Rendra mengkritik tata hukum, tata kenegaraan, dan tata pembangunan yang "sableng" dan mendorong lahirnya "kalatida" dan "kalabendu".

*Kalatida,* menurut Rendra, adalah zaman ketika akal sehat diremehkan. Perbedaan antara benar dan salah, baik dan buruk, adil dan tidak adil diabaikan. Situasi ini digambarkan sebagai zaman kacau balau, di mana moralitas dan nilai-nilai kemanusiaan terdegradasi.

*Kalabendu,* di sisi lain, adalah zaman yang stabil, namun stabilitas tersebut dicapai melalui penindasan. Ketidakadilan malah dipuja dan didewakan. Situasi ini mencerminkan zaman tirani, di mana hak-hak rakyat dirampas dan suara-suara kritis dibungkam.

Baca Juga: Kapten Timnas AMIN : Sabar, Tunggu Hasil Penghitungan Suara KPU

Rendra mengingatkan kembali isyarat dari penyair Ronggowarsito bahwa bangsa Indonesia harus bersikap waspada terhadap kalatida dan kalabendu. Kedua zaman ini merupakan konsekuensi dari tata kelola negara yang tidak adil dan tidak bermoral.

Pidato Rendra masih relevan hingga saat ini. Kita masih melihat banyak contoh "sableng" dalam tata kelola negara, seperti korupsi, nepotisme, dan inkonsistensi penegakan hukum. Hal ini berpotensi melahirkan kalatida dan kalabendu, yang akan membawa dampak buruk bagi bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, kita perlu terus memperjuangkan tata kelola negara yang adil, bermoral, dan berlandaskan akal sehat. Kita harus berani melawan penindasan dan ketidakadilan, dan terus menyuarakan kebenaran. Hanya dengan demikian, kita dapat membangun bangsa Indonesia yang sejahtera dan bermartabat.

Baca Juga: Jokowi : Temui Kecurangan Cepat Lapor ke Bawaslu

Berikut beberapa poin penting dari pidato Rendra:

* Kritik terhadap tata kelola negara yang "sableng".
* Penjelasan tentang "kalatida" dan "kalabendu".
* Peringatan tentang bahaya kalatida dan kalabendu.
* Ajakan untuk memperjuangkan tata kelola negara yang adil dan bermoral.

Pidato Rendra merupakan refleksi kritis yang mengajak kita untuk merenungkan kondisi bangsa Indonesia dan mengambil langkah-langkah untuk memperbaikinya.

Analisis Pernyataan WS Rendra tentang Kalatida dan Kalabendu

Pernyataan WS Rendra tentang "kalatida" dan "kalabendu" dalam pidatonya di UGM tahun 2008 merupakan kritik tajam terhadap kondisi Indonesia saat itu. Ia melihat tata hukum, tata kenegaraan, dan tata pembangunan yang "sableng" (kacau) telah mendorong lahirnya dua zaman yang berbahaya:

Baca Juga: Pesan Sri Sultan HB X untuk Capres - Cawapres : Akhiri Gesekan dan Hargai Pilihan Rakyat

1. *Kalatida:* Zaman ketika akal sehat diremehkan, dan perbedaan antara benar dan salah, baik dan buruk, adil dan tidak adil, diabaikan.

2. *Kalabendu*: Zaman yang cukup mantap stabilitasnya, tetapi stabilitas tersebut dicapai melalui penindasan dan ketidakadilan yang didewakan.

Rendra mengingatkan kembali isyarat dari penyair Ronggowarsito bahwa bangsa Indonesia harus bersikap waspada terhadap kedua zaman ini.

Relevansi dengan Situasi Saat Ini

Meskipun pernyataan Rendra disampaikan lebih dari 14 tahun yang lalu, kritiknya masih relevan dengan situasi Indonesia saat ini. Kita masih melihat:

1. Kasus korupsi yang marak: Ini menunjukkan rendahnya nilai moral dan integritas di kalangan pejabat publik.

2. Kesenjangan sosial yang semakin lebar: Ini menunjukkan ketidakadilan dalam sistem ekonomi dan politik.

Baca Juga: Pemkot Yogyakarta Jadikan Pasar Ruang Ekonomi Kreatif

3. Polarisasi politik yang tajam: Ini menunjukkan masyarakat yang terpecah belah dan mudah terprovokasi.

4. Penyebaran hoaks dan ujaran kebencian: Ini menunjukkan rendahnya tingkat literasi dan budaya demokrasi.

Kondisi-kondisi ini dapat mendorong lahirnya "kalatida" dan "kalabendu" yang dikhawatirkan Rendra.

Tantangan dan Harapan

Tantangan bagi bangsa Indonesia adalah bagaimana keluar dari siklus "kalatida" dan "kalabendu". Hal ini membutuhkan:

1. Kepemimpinan yang kuat dan bermoral: Pemimpin yang mampu menegakkan hukum, membangun tata kelola yang baik, dan memajukan kesejahteraan rakyat.

2. Masyarakat yang kritis dan sadar: Masyarakat yang mampu berpikir jernih, tidak mudah terprovokasi, dan berani melawan ketidakadilan.

3. Pendidikan yang berkualitas: Pendidikan yang menumbuhkan nilai-nilai moral, integritas, dan kepedulian terhadap sesama.

Hanya dengan upaya bersama dari semua pihak, bangsa Indonesia dapat terhindar dari "kalatida" dan "kalabendu" dan mencapai masa depan yang lebih baik.

Baca Juga: Erick Thohir : Pemerintah Sudah Salurkan Bansos Beras 1,3 Ton

Perlu diingat bahwa konsep "kalatida" dan "kalabendu" berasal dari ramalan Ronggowarsito dan tidak semua orang mempercayainya. Namun, kritik Rendra tentang kondisi Indonesia saat itu tetap relevan dan perlu menjadi perhatian bagi semua pihak.

Penjelasan tentang Kalatida dan Kalabendu dalam Pidato WS Rendra

*Kalatida* dan *Kalabendu* adalah dua konsep yang dibahas oleh WS Rendra dalam pidatonya saat menerima gelar _Doktor Honoris Causa_ dari UGM. Kedua konsep ini merujuk pada kondisi zaman yang kacau dan penuh dengan ketidakadilan.

*Kalatida* digambarkan sebagai zaman di mana akal sehat tidak lagi dihargai. Perbedaan antara benar dan salah, baik dan buruk, adil dan tidak adil menjadi kabur. Orang-orang hanya mementingkan diri sendiri dan tidak peduli dengan dampak tindakan mereka terhadap orang lain.

*Kalabendu*, di sisi lain, adalah zaman di mana stabilitas tercipta melalui penindasan. Ketidakadilan dibungkam dan disembunyikan di balik kedok stabilitas. Orang-orang dipaksa untuk patuh pada aturan yang tidak adil, dan mereka yang berani menentang akan dihukum.

Baca Juga: Menteri BUMN Pastikan Stok Beras Bulog Cukup Menghadapi Ramadan dan Idul Fitri

Rendra mengingatkan kembali isyarat dari Ronggowarsito, seorang pujangga Jawa, bahwa bangsa Indonesia harus bersikap waspada terhadap Kalatida dan Kalabendu. Kedua zaman ini dapat membawa dampak yang sangat buruk bagi bangsa dan rakyatnya.

Pidato Rendra merupakan sebuah seruan bagi bangsa Indonesia untuk introspeksi diri dan memperbaiki keadaan. Kita harus berani melawan Kalatida dan Kalabendu dengan menegakkan akal sehat, keadilan, dan kebenaran. ***

Editor: Chaidir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah